KOMPAS.com - Pernahkah Anda membayangkan seperti apa bentuk dari cermin yang berusia 19 abad? Mungkin dengan usia setua itu, cermin tidak akan utuh atau sulit untuk bercermin.
Namun, baru-baru ini arkeolog di Jepang menemukan cermin China yang berusia 1.900 tahun dalam kondisi masih utuh. Tak hanya itu, cermin ini juga dianggap cukup awet untuk tetap menunjukkan refleksi samar.
Cermin perunggu ini ditemukan di situs arkeologi Nakashima di Hakata Ward Fukuoka. Pejabat setempat menyebut ini merupakan penemuan yang langka.
Benda ini diperkirakan dibuat di China pada masa Dinasti Han, antara 25- 220 Masehi. Keadaan benda berukuran 11,3 sentimeter tersebut bisa disebut luar biasa baik.
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh lingkungan lembap di kawasan ini. Lingkungan lembap tersebut memberi perlindungan dari oksidasi.
Situs Nakashima terletak di wilayah negara Na, yang disebutkan dalam buku catatan sejarah China.
"Penemuan terakhir menunjukkan keadaan wilayah Na pada periode yang sama juga memiliki orang berpengaruh yang memiliki kekuatan untuk mendaptkan cermin buatan China," ungkap salah satu pejabar divisi properti budaya dikutip dari Asashi, Kamis (28/12/2017).
"Situs penemuan (cermin) bukanlah sebuah makam, jadi cermin itu mungkin telah digunakan dalam upacara keagamaan," ungkap Hidenori Okamura, profesor arkeologi China di Universitas Kyoto dikutip dari Newsweek, Jumat (29/12/2017).
"Penemuan ini juga akan berfungsi sebagai bahan untuk menentukan tanggal gempa pada akhir periode Yayoi," sambungnya.
Cermin yang sekarang didipamerkan dalam pameran di Museum Kota Fukuoka tersebut, digali awal tahun ini di samping gerabah yang mewakili budaya tembikar Yayoi tengah sampai akhir, kira-kira 300 sebelum masehi hingga 300 masehi.
Budaya tembikar Yayoi sendiri merupakan salah satu budaya Jomon, yaitu periode sejarah Jepang yang terkenal dengan keramiknya. Menurut Metropolitan Museum of art, tembikar Yayoi dikenal dengan "bentuk bersih dan fungsional".
Periode ini juga menjadi titik sejarah ketika metalurgi (zaman logam) muncul di Jepang dan beberapa bagian Korea dan China. Pada periode ini pula, Dinasti Han China (selanjutnya disebut Dinasti Han Timur) menandai adanya perluasan diplomasi.
Menurut museum tersebut, Utusan Jepang melakukan perjalanan ke daratan China dua kali selama periode tersebut. Pertama kali untuk misi diplomatik pada tahun 57 sebelum masehi, dan kedua kali pada tahun 107 masehi. Kemajuan teknologi juga menandai periode sejarah ini.
"Perunggu dan besi digunakan untuk membuat senjata, perlengkapan perang, peralatan, dan alat ritual seperti lonceng (dotaku)," tulis museum tersebut dalam situs resminya.
https://sains.kompas.com/read/2017/12/31/180100623/arkeolog-temukan-cermin-china-kuno-berusia-1.900-tahun