KOMPAS.com - Kanker serviks selalu menjadi penyakit paling menakutkan bagi para wanita. Salah satu perawatan untuk penyakit ini umumnya menggunakan radiasi.
Sayangnya, perawatan ini menimbulkan sejumlah efek samping bagi tubuh pasien. Itu karena terapi ini tidak hanya menghancurkan sel kanker, tapi juga menghancurkan sel sehat terdekat.
Para ilmuwan kemudian mencari cara untuk mengurangi hal ini. Salah satu yang melakukan penelitian tentang hal tersebut adalah para peneliti dari Misouri University (MU) School of Medicine.
Mereka mempelajari jaringan sel kanker manusia di dalam laboratorium untuk menunjukkan bahwa penggabungan ekstrak blueberry dengan radiasi dapat meningkatkan keefektifan pengobatan.
"Terapi radiasi menggunakan Sinar X berenergi tinggi dan partikel lainnya seperti sinar gammar ditujukan untuk menghancurkan sel kanker," kata Yujiang Fang, M.D., Ph.D, penulis utama penelitian ini dikutip dari Science Daily, Jumat (29/12/2017).
"Untuk beberapa jenis kanker, seperti kanker serviks stadium akhir, radiasi adalah pilihan terapi pengobatan yang baik. Namun, kerusakan jaringan sel sehat selalu terjadi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kami mempelajari ekstrak blueberry untuk memastikannya dapat digunakan sebagai radiosensitizer," sambung profesor tamu di MU School of Medicine tersebut.
Radiosensitizer sendiri adalah senyawa kimia tidak beracun yang membuat sel kanker lebih responsif terhadap terapi radiasi. Pada penelitian sebelumnya, Fang dan timnya mendapati bahwa senyawa resveratrol dalam anggur merah dapat digunakan sebagai radiosensitizer kanker prostat.
Selain anggur merah, buah yang memiliki senyawa ini adalah blueberry.
"Selain resveratrol, blueberry juga mengandung flavanoid. Flavonoid adalah senyawa kimia yang memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan anti-bakteri," ungkap Fang.
Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan garis sel kanker serviks untuk meniru perawatan klinis. Garis sel dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok yang hanya menerima radiasi, kelompok yang hanya menerima ekstrak blueberry, dan kelompok yang menerima radiasi sekaligus ekstrak blueberry.
"Tim kami menggunakan tiga ukuran berbeda unruk mengonfirmasi hasil penelitian," ungkap Fang.
"Radiasi menurunkan sel kanker sekitar 20 persen. Menariknya, kelompok yang hanya menerima ekstrak blueberry memiliki penurunan sel kanker 25 persen, Tapi penurunan terbesar terjadi pada kelompok yang menerima radiasi sekaligus ekstrak blueberry, yaitu 70 persen," imbuhnya.
Fang juga menjelaskan bagaimana ekstrak blueberry dapat dijadikan sebegai radiosensitizer serta mengurangi pertumbuhan abnormal sel kanker tersebut.
"Sel kanker menghindari kematian dengan merombak dirinya sendiri. Sering dengan berkurangnya poliferasi (pengulangan siklus) sel, ekstrak blueberry akan mengelabui sel kanker agar menjadi sekarat," ujar Fang.
"Sehingga hal itu menghambat kelahiran dan mendukung kematian dari sel kanker," imbuhnya.
Fang mengatakan bahwa penelitian terhadap hewan merupakan langkah selanjutnya. Tujuannya adalah mengkonfirmasi bahwa dia dan timnya akan mencapai hasil yang sama.
https://sains.kompas.com/read/2017/12/31/170000323/peneliti-ungkap-blueberry-dapat-bantu-pengobatan-kanker-serviks