Namun, pernahkah Anda bertanya dari mana sebenarnya asal-usul pohon ini?
Tradisi pohon natal rupanya tidak terlepas dari perayaan musim dingin yang sudah ada ratusan tahun di masyarakarat Eropa.
Seperti dilansir BBC, pohon kerap digunakan sebagai media penghormatan bagi dewa atau roh yang mereka percayai dalam festival pagan.
Asal usul pohon natal sendiri dilingkupi sejumlah legenda, misalnya cerita tentang seorang biarawan bernama St Bonifasius yang berhasil mengkristenkan orang-orang penyembah pohon oak di Jerman.
Orang-orang itu takjub melihat kemunculan pohon cemara kecil setelah pohon oak ditebang oleh Bonifasius. Dia lantas mengatakan bahwa pohon cemara merupakan pohon kehidupan dan mewakili kehidupan Kristus.
Dalam legenda lain, diceritakan bahwa tradisi pohon natal dan hiasannya berawal dari Martin Luther, seorang reformis Protestan.
Saat berjalan pada suatu malam, Luther terkesan melihat kelap-kelip bintang dari sela-sela pepohonan. Dia lantas terinspirasi ingin menghadirkan sinar-sinar itu dengan mamasangkan lilin di sebatang pohon yang ada di rumahnya.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa masyarakat Eropa sudah kerap memajang pohon di rumah mereka dan menghiasinya dengan kertas berwarna, mainan kecil, makanan, dan terkadang lilin sejak abad ke-16, meskipun pohon natal dan dekorasinya berkembang pesat pada abad ke-19.
Para sejarawan menilai bahwa tokoh mempopulerkan tradisi ini adalah keluarga kerajaan Inggris pada 1846.
Di tahun ini, muncul gambar ilustrasi Ratu Victoria bersama dengan Pangeran Albert berdiri di sekitar pohon natal bersama anak-anak mereka. Pohon itu didekorasi dengan berbagai hiasan menjadi modis.
The Telegraph juga menulis bahwa Pangeran Albert-lah yang menumbuhkan pohon tersebut di Istana Windsor. Pasalnya, Pangeran Albert berasal dari Jerman yang merupakan tempat asal tradisi pohon natal.
Setelah munculnya gambar itu, setiap rumah di Inggris memiliki sebatang pohon dihiasi lilin, permen, buah, hiasan buatan sendiri dan hadiah kecil saat Natal.
Tradisi pohon dan Natal menjadi lebih kompleks pada pertengahan abad ke-19. Tak hanya menghias pohon, Natal pun semarak dengan tradisi kartu Natal, pemberian hadiah, makan kue pai hingga daging kalkun.
Pada masa Victoria ini, gagasan Natal menjadi berpusat di sekitar keluarga dengan berbagai acara, mulai dari makan bersama, pemberian hadiah, hiburan, hingga permainan di ruang tamu rumah.
https://sains.kompas.com/read/2017/12/24/120800023/mengapa-perayaan-natal-identik-dengan-pohon-cemara-yang-dihias-