Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jalan Panjang Pembuktian Manfaat Musik bagi Kesehatan

KOMPAS.com - Di MedStar Georgetown University Hospital, Washington, melihat pemain musik berkeliling kamar-kamar rumah sakit adalah hal yang lumrah.

Tanpa ragu, para pemain musik ini mulai menggesek cello atau biola yang mereka bawa begitu memasuki ruang kemoterapi atau ruang lain.

Saat musik dimainkan, pasien rumah sakit tidak terganggu sama sekali. Mereka justru begitu menikmati permainan musik.

Rupanya, permainan musik ini bukan sekadar untuk menghibur penghuni rumah sakit. Namun, juga bagian dari perawatan pasien agar cepat sembuh.

Musik untuk kesembuhan pasien adalah topik penelitian yang dilakukan oleh National Institutes of Health (NIH).

"Melalui musik, otak mampu mengkompensasi defisiensi," kata Direktur NIH, Dr. Francis Collins, ahli genetika yang juga pandai bermain gitar, seperti dilansir dari New York Post, Selasa (19/12/2017).

Lewat penelitiannya, Collins ingin mengetahui bagian otak mana yang dapat merespons dengan baik dan membantu kesembuhan pasien.

Dia pun mengajak penyanyi opera yang memiliki suara sopran, Renee Fleming, untuk bergabung dalam penelitian yang bertajuk Sound Health itu.

Fleming bernyanyi di dalam mesin MRI yang digunakan untuk memindai otak. Dia menghabiskan waktu dua jam di ruang MRI untuk membantu para peneliti mengetahui aktivitas otak yang terjadi saat bernyanyi.

Untuk melakukannya, peneliti meminta Fleming mengucapkan liriknya, kemudian menyanyikannya, dan membayangkan menyanyikannya.

"Kami mencoba memahami otak, tidak hanya agar bisa mengatasi gangguan otak atau penyakit lainnya, tetapi juga untuk memahami apa yang terjadi saat otak bekerja dengan benar dan apa yang terjadi saat otak bekerja pada tingkat yang lebih tinggi," kata peneliti lain dari NIH, David Jangraw.

Dari data MRI itu, ternyata hasilnya sangat mengejutkan. Daerah otak menjadi lebih aktif saat Fleming membayangkan sedang bernyanyi dibanding saat dia bernyanyi sungguhan. Hal yang sama juga terjadi pada pusat emosi otak dan area yang terlibat dengan gerak dan penglihatan.

Mengutip pernyataan seorang ahli syaraf, Jangraw berkata bahwa neuron yang menyala bersamaan akan saling mengikat. Sel otak berkomunikasi dengan melemparkan pesan melalui persimpangan sel yang berhubungan atau sinapsis. Sel-sel yang sering berhubungan memiliki ikatan yang lebih kuat dan efisien, dalam kasus Fleming untuk menyanyi.

Hal ini diamati pada otak yang sehat. Namun, bagaimana bila otak mengalami gangguan seperti Alzheimer dan koneksi sinapsisnya melemah?

Hal inilah yang sedang dipelajari oleh seorang ilmuwan syaraf dan seorang profesor tari di Carolina Utara. Mereka membuat kelas improvisasi tari untuk penderita Alzheimer, seperti yang banyak ditemukan di panti jompo.

Penelitian yang dibiayai oleh NIH di Wake Forest University ini ingin mengtahui, apabila kualitas hidup partisipan membaik, apakah MRI akan menunjukkan hubungan yang lebih kuat pada jaringan motorik atau sosial?

Akan tetapi, tampaknya jalan untuk membuktikan hal tersebut masih panjang. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of American Medical Association gagal menemukan korelasi positif antara terapi musik dengan anak-anak yang mengidap autisme.

Meski demikian, Julia Langley yang mengarahkan program musik di MedStar Georgetown University Hospital tidak tergoyahkan.

Dia justru berharap agar lebih banyak penelitian dapat dilakukan untuk menyelidiki efek berbagai jenis dan dosis musik pada situasi kesehatan yang berbeda.

"Jika kita bisa mempelajari seni seperti kita mempelajari pengobatan sains dan terapi lainnya, saya rasa kita akan menjadi bermanfaat," ujarnya.

https://sains.kompas.com/read/2017/12/22/090500023/jalan-panjang-pembuktian-manfaat-musik-bagi-kesehatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke