Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Spesies Hiu Lentera Baru dan Alasan Ikan Bercahaya

KOMPAS.com -- Adanya hiu lentera (Etmopteridae) yang dapat memancarkan cahaya memang sudah diketahui sejak lama. Namun, tahukah Anda mengapa mereka bercahaya?

Pada bulan Juli tahun ini, spesies hiu lentera baru yang diberi nama Etmopterus lailae ditemukan di bawah laut Kepulauan Hawaii Barat Laut.

E lailae merupakan spesies baru yang dibuktikan dengan pengukuran eksternal, gigi, tulang belakang, dan usus. Ditemukannya hiu lentera di Hawaii ini menambah daftar spesies hiu lentera menjadi 38.

Sejak penemuannya itu, para peneliti mulai menduga-duga manfaat cahaya yang dikeluarkan dari dalam tubuh hiu.

Namun kini, para peneliti sudah yakin bahwa cahaya itu memang untuk pancingan mencari mangsa, kamuflase untuk menghindari predator, dan menarik perhatian pasangan untuk melakukan perkawinan.

Alasan ikan bercahaya

Seperti dilansir dari The Guardian Selasa (19/12/2017), hiu lentera merupakan salah satu dari keluarga hiu yang tinggal di laut dalam dan memiliki kemampuan bioluminesen. Ini adalah kemampuan yang membuat tubuh hiu bersinar dalam kegelapan. Sementara itu, hiu lain yang memiliki kemampuan sejenis adalah hiu kitefin (Dalatiidae).

Bioluminesen sendiri merupakan emisi cahaya yang merupakan hasil reaksi biokimia. Hal ini membuat hiu tetap menyala meski sebelumnya tidak menyerap sinar matahari atau radiasi elektromagnetik.

Fenomena ini sudah diteliti pada lebih dari 700 jenis hewan yang sebagian besar hidup di laut. Sebenarnya peneliti sudah menemukan ada 29 peristiwa evolusi independen dari bioluminesen dalam garis keturunan ikan laut.

Dalam jurnal yang diterbitkan di jurnal PLOS One pada 2016, Matthew P. Davis mengungkap bahwa bioluminesen pada vertebrata dapat ditemukan secara eksklusif di antara ikan yang hidup di lingkungan laut.

"Saat ini satu-satunya hewan terestrial yang dikenal mampu melakukan biolumenesen adalah artropoda. Sedangkan di laut, bioluminesen telah berevolusi dari bakteri menjadi vertebrata," tulis David dalam laporannya.

Kebanyakan ikan bioluminesen menggunakan organnya yang dapat menyala (photophores) dengan bantunan bakteri simbiotik atau menghasilkan cahaya sendiri melalui reaksi kimia.

Namun, yang dilakukan hiu lentera berbeda. Peneliti menemukan bahwa cahaya yang dihasilkan hiu lentera berasal dari ribuan organ epidermal kecil yang memproduksi cahaya. Organ ini disebut photophores, yang terbentuk dari sekumpulan sel yang memproduksi cahaya (fotogenik) yang disebut photocytes.

Organ photophores ini membantu hiu lentera untuk dapat menghindari predator atau kamuflase. Selain itu, cahaya yang dihasilkan juga membantu komunikasi antar spesies.

Peneliti berkata bahwa bioluminesen perlu dikendalikan agar berhasil secara ekologis. Dengan meneliti hiu lentera beludru yang memiliki nama Etmopterus spinax, mereka menemukan bahwa photophores hiu lentera dikendalikan oleh dua hal berbeda, yaitu hormon dan neurotransmiter.

"Dua hormon itu terlibat dalam pengendalian fisiologis elasmobranch terhadap perubahan warna. Melatonin diproduksi oleh kelenjar pineal sedangkan prolaktin diproduksi oleh kelenjar pituitary," tulis Julien M. Claes dan  Jérôme Mallefet dalam jurnal Communicative & Intergrative Biology pada 2011.

Melatonin menginduksi cahaya agar bisa bertahan dalam beberapa jam. Sementara itu, prolaktin menginduksi cahaya untuk menjadi terang, setidaknya mencapai puncak kecerahan dalam 20 menit dan bertahan sekitar satu jam.

Fungsi dua hormon ini pun berbeda. Melatonin berfungsi dalam jenis kamuflase. Pada saat hiu lentera melakukan kamuflase, mereka akan menghasilkan cahaya yang sedemikian rupa untuk menghilangkan siluet hiu dari sesuatu di bawahnya.

Sementara itu, prolaktin akan membantu berenang, berburu, dan komunikasi dengan spesies yang sama untuk mendapatkan pasangan dan melakukan perkawinan.

https://sains.kompas.com/read/2017/12/21/213400723/spesies-hiu-lentera-baru-dan-alasan-ikan-bercahaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke