Namun beberapa jenis laba-laba gurun ternyata menguasai teknik membuat istana pasir dengan pasir kering. Mereka menggali liang di bawah tanah, dari beberapa butir pasir sekali waktu, yang entah bagaimana bentuknya dapat bertahan dan menahan tekanan angin serta pasir yang bergerak disekitarnya.
Hal ini dijelaskan pada sebuah penelitain terbaru. Pada penelitian tersebut, para peneliti dengan cermat mengamati empat spesies laba-laba gurun dalam membentuk istana pasirnya untuk menemukan rahasia teknik mereka.
Tanpa diduga, para peneliti menemukan bahwa beberapa laba-laba itu menggunakan metode berbeda. Anehnya, semua teknik tersebut sama efektifnya untuk membangun istana pasir mereka.
Salah satu yang membuat istana pasir tersebut kuat adalah mereka membangun dengan lapisan pendukung anyaman sutra yang hati-hati.
Untuk bisa mendapatkan temuan ini, para peneliti cukup bekerja keras. Pasalnya beberapa laba-laba, seperti laba-laba Burrow yang hidupnya nokturnal, sehingga para peneliti harus berjongkok selama berjam-jam di pasir dengan senter.
Hal tersebut diungkapkan Rainer Foelix, penulis utama sekaligus ahli laba-laba di Neue Kantonsschule Aarau, Swiss.
Beda lagi dengan spesies laba-laba Cebrennus rechenbergi yang asli padang pasir di utara Maroko. Menurut pengamatan Ingo Rechenberg, seorang profesor di Technische Universitat Berlin serta co-author penelitian ini, laba-laba tersebutmembangung istananya seperti orang membangun sumur.
Pertama-tama laba-laba C. rechenbergi akan menggali lubang dipermukaan tanah. Kemudian ia akan menambahkan cincin sutra untuk menstabilkannya.
Hal ini sisebut mirip dengan manusia yang membangun sumur, manusia akan menambahkan lembaran timah untuk menahan dinding lubang di tempat. Para peneliti melaporkan, begitu dinding bagian terowongan sudah aman, laba-ba ini akan menghapus lapisan pasir dan tanah, bergerak lebih jauh ke bawah dan memperkuat dinding saat ia pergi.
"Rechenberg mengamati dengan saksama dan melihat bahwa seekor laba-laba harus menghasilkan sekitar 800 tenaga pengangkut muatan kecil di atas tanah," kata Foelix dikutip dari Live Science, Rabu (20/12/2017).
Seperti yang disebutkan di atas, masing-masing laba-laba membangun istananya dengan metode yang berbeda.
C. rechenbergi misalnya, ia mengandalkan bulu panjang yang ada di sekujur capit yang membingkai kepala dan mulutnya. Untuk membawa pasir keluar dari terowongannya yang tumbuh.
Beberapa bulu tumbuh pada sudut kanan di rambut kecil lainnya. Bulu ini membentuk sejenis keranjang jaring yang berisi pasir kering.
Sebenarnya, tumpukan pasir kecil ini segera hancur setelah laba-laba melepaskannya, tulis para peneliti dalam laporannya.
Sedangkan laba-laba serigala Evippoma rechenbergi, yang mendiami lingkungan yang sama dengan C. rechenbergi, tidak memiliki bulu khusus. Ketika para peneliti memeriksa gumpalan pasir yang tertinggal di mulutnya, mereka mendeteksi helai sutra yang mengikat pasir itu.
Laba-laba jenis lain, Geolycosa missouriensis yang ditemukan di Amerika Utara mengangkut pelet pasir padat. Hal ini diketahui pada penelitian sebelumnya.
Namun laba-laba ini sepertinya tidak menggunakan sutra untuk mengikat pasirnya, melainkan menggunakan kelembaban. Sayangnya, para peneliti tidak dapat memastikan teknik apa yang digunakan laba-laba ini karena hanya mengambil data dari penelitian sebelumnya.
Berbagai metode memindahkan pasir yang ditunjukkan laba-laba ini menhelaskan bahwa pembangunan istana mungin tersebut mampu menemukan solusi konstruksi unik untuk mengatasi tantangan lingkungan serupa, kata Foelix.
Bahkan, para peneliti terkejut dengan penemuan mereka, di mana yang tinggal di ekosistem sama mepraktekkan beragam teknik untuk mencapai tujuan yang sama. Foelix juga menjelaskan, mengingat jenis laba-laba penjelajah terowongan lainnya (juga semut dan tawon), kemungkinan masih ada banyak praktek berbeda.
"Pastinya, masih banyak lagi spesies yang perlu diperiksa," tambah Foelix.
https://sains.kompas.com/read/2017/12/21/210000623/para-laba-laba-yang-bangun-istana-dengan-pasir-kering-kok-bisa-