KOMPAS.com -- Dunia medis adalah salah satu bidang yang paling cepat mengalami perubahan. Kemajuan teknologi yang tinggi dan mutakhir, penemuan baru, hingga perubahan sosial, ekonomi, dan politik mengharuskan para dokter untuk selalu memperbaharui pengetahuannya dan meningkatkan kompetensinya.
Namun, hal ini tidak mudah dilakukan, terutama mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti pendirikan dokter, seminar, dan workshop.
Dalam acara Pfizer Educare yang diadakan di Jakarta, Rabu (20/12/2017), Dr Dharmawan Ardi Purnama, SpKJ selaku Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta Utara bercerita bahwa untuk mengikuti dua seminar saja, rata-rata dokter umum harus mengalokasikan 20 persen pendapatannya dalam sebulan.
“Sementara, iuran IDI dari Sabang sampai Merauke Rp 15.000. Dari situ, kita harus menggerakkan semua ini dan mengembangkan profesi dokter Indonesia,” kata Dharmawan.
Untungnya, IDI bekerjasama dengan Pfizer dalam program Educare yang disebut Eduprime. Program ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan teknis dan soft-skill dari dokter umum.
Dharmawan menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya, materi yang diberikan dalam Eduprime dibagi menjadi dua, yaitu basic yang dilakukan delapan kali dalam setahun dan berbentuk kuliah umum atau workshop, dan advance yang dilakukan dua kali dalam setahun.
Dalam materi advance, para dokter yang mengikuti dan IDI akan membawa kasus yang didiskusikan penangannya.
Sejauh ini, ada empat topik yang dikupas habis dalam program tersebut, yaitu kardiovaskular, diabetes, nyeri, dan infeksi. Empat topik ini karena merupakan beban penyakit terbesar di antara masyarakat Indonesia.
Walaupun baru berjalan dua tahun, Educare telah berhasil menjangkau 8.000 dari 120.000 dokter umum yang tersebar dari sabang hingga merauke.
Ke depannya, Educare diharapkan dapat memanfaatkan teknologi internet dan menjangkau lebih banyak dokter, terutama yang berada di pelosok.
https://sains.kompas.com/read/2017/12/21/080300523/dokter-hadapi-keterbatasan-anggaran-untuk-tingkatan-kompetensi