KOMPAS.com – Salah satu sumber kebahagiaan terbesar bagi pasangan suami istri adalah hadirnya anak dalam keluarga. Namun, nyatanya tidak semua pasangan dapat merealisasikan impian tersebut dengan mudah.
Dalam seminar kesehatan bertajuk “Wujudkan Impian Menimang Buah Hati” yang diadakan di Jakarta, Sabtu (16/12/2017), tim dokter dari RSIA Budhi Jaya membahas seluk beluk infertilitas.
Seperti yang dapat diduga, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan infertilitas. Akan tetapi, salah satu yang belum banyak dikenal oleh masyarakat adalah masalah antibodi antisperma (ASA).
Dr dr Indra G Mansur, DHES, SpAnd berkata bahwa bagi wanita, sperma merupakan benda asing. Oleh karena itu, setelah melakukan hubungan seksual pertama, timbul ASA dalam cairan reproduksi wanita.
“(ASA) ini naik terus sampai terjadi toleransi dan normal,” ujar Dr dr Indra.
ASA yang merupakan reaksi antibodi wanita ini merusak sperma suami yang sedang dalam perjalanan menuju sel telur, sehingga dalam beberapa kasus, kadar ASA sangat tinggi pada istri dapat menyebabkan inseminasi gagal, kegagalan IVF dan abortus berulang atau infertilitas tak terjelaskan.
Untuk mengetahui kadar ASA, dokter yang menangani akan melakukan pemeriksaan imunologi terhadap istri menggunakan sperma suami.
“Jadi titer ASA diperiksa, harus spesifik sperma suami yang memenuhi syarat karena beda-beda spermanya, (maka) beda-beda efeknya,” kata Dr dr Indra.
Jika istri ditemukan memiliki kadar ASA yang tinggi terhadap suami, maka ada tiga pengobatan yang dapat dilakukan: mencegah paparan air mani pada istri, menekan imun, dan imuno-toleran atau Paternal Lymphocyte Immunization (PLI).
PLI dilakukan dengan mengimunisasi istri menggunakan sel darah suami. Pengobatan ini berfungsi untuk meningkatkan toleransi tubuh istri terhadap sperma suami, dan bila dibandingkan dengan pengobatan lain, memiliki efek yang bertahan lebih lama dan tidak menurunkan semua antibodi.
https://sains.kompas.com/read/2017/12/19/213500423/kok-bisa-antibodi-istri-sebabkan-infertilitas-tak-terjelaskan-