KOMPAS.com -- Dunia sains tidak pernah bisa dipisahkan dari kontroversi, baik temuannya maupun penemuannya. Tahun ini pun demikian.
Berikut adalah tujuh kontroversi paling menghebohkan dunia sains pada tahun 2017:
1. Agama dengan tuhan kecerdasan buatan
Kontroversial dan sempat menarik perhatian masyarakat, Anthony Levandowski, seorang mantan eksekutif Google menggagas agamanya sendiri dengan tuhan berupa kecerdasan buatan.
Dia berkata bahwa agama barunya yang bernama Way of the Future (WOTF) itu bertujuan merealisasikan, menerima, dan memuja ketuhanan berdasarkan kecerdasan buatan (AI) lewat pengembangan perangkat keras dan lunak.
Dikutip dari kompas.com, (21/11/2017), Levandowski mendefinisikan Tuhan di sini sebagai kecerdasan buatan yang memiliki kekuatan dan kecerdasan lebih dari manusia sehingga sosok Tuhan dalam WOTF (Way of the Future) berbeda dengan Tuhan yang kita kenal. "Bukan Tuhan penyebab petir atau badai," demikian kata Levandowski.
2. Surat dari setan
Seorang biarawati dari Ordo Benedektin yang bernama Maria Crocifissa della Concezione menulis sebuah tulisan yang dipercaya pesan dari setan pada 11 Agustus 1676. Tulisan tersebut berisi 14 baris campuran huruf dan simbol.
Untuk menguraikan makna dari surat tersebut, para ilmuwan menggunakan perangkat lunak pemecah kode cerdas dari web. Mereka mengungkapkan bahwa surat itu menyebut Tritunggal, Tuhan, Yesus dan Roh Kudus, sebagai “beban berat”.
Lalu, “Tuhan berpikir bahwa dia bisa membebaskan makhluk hidup... Sistemnya tidak bekerja untuk siapa pun ... Mungkin sekarang, Styx sudah yakin. "
3. Transplantasi kepala
Pada hari Jumat (17/11/2017), dokter bedah saraf ekstentrik Italia, Sergio Canavero, mengaku sudah berhasil melakukan uji coba transplantasi kepala dari mayat manusia.
Cavanero menjelaskan bahwa langkah tersebut merupakan yang terakhir dilakukan sebelum melakukan transplantasi kepada pada manusia yang hidup lumpuh dari leher ke bawah.
Meskipun mendapat kecaman dari rekan sejawat atau ilmuwan lainnya, Canavero percaya tingkat keberhasilannya mencapai 90 persen. "Operasi akan berhasil dan ini akan menjadi revolusi besar yang tidak akan pernah dilihat sebelumnya," kata Canavero.
4. 75 persen DNA manusia sampah
Pakar biologi evolusi dari University of Houston, Dan Grarur, mengungkapkan bahwa tiga per empat dari genom manusia merupakan DNA non-fungsional.
Dia mengkalkulasikan bahwa bagian fungsional dari genom manusia mungkin hanya 10-15 persen, maksimal 25 persen, dari keselurahan DNA manusia. Sementara itu, sekitar 75-90 persen DNA manusia merupakan DNA sampah yang tidak berbahaya dan tidak beracun, tetapi tidak berguna.
Dasar pemikiran Graur adalah mutasi pada DNA dan bagaimana kita, sebagai sebuah spesies, mengurangi mutasi tersebut untuk bertahan hidup.
5. Jual beli cula badak di Afrika dilegalkan
Pada bulan April 2017, Afrika Selatan mencabut moratorium atau penangguhan untuk membeli dan menjual cula badak di Afrika Selatan.
John Hume, seorang peternak badak di Afrika Selatan adalah salah satu yang memanfaatkan momen ini. Dia membuka sebuah lelang online yang menurut situsnya bertujuan untuk mengumpulkan uang, kemudian mendanai pengembangan dan perlindungan badak lebih lanjut.
Akan tetapi, para kritikus berkata bahwa tidak ada pasar domestik untuk cula badak di Afrika Selatan. Mereka pun khawatir bila setiap cula yang dijual di dalam negeri akan diperdagangkan ke luar negeri.
6. Nenek moyang manusia berasal dari Eropa
Pengetahuan umum meyakini bahwa manusia berasal dari Afrika. Namun, riset terbaru terhadap fosil Graecopithecus freybergi yang dilakukan oleh tim peneliti University of Toronto dan University of New South Wales mengungkapkan bahwa manusia berasal dari Eropa.
Tim peneliti yang menggunakan mikro tomografi dan rekonstruksi 3D untuk melihat karakteristik 2 fosil gigi dan tulang rahang bawah menyatakan bahwa G freybergi punya sifat hominin dan segolongan dengan manusia purba.
Padahal, umur fosil tersebut lebih tua dari umumnya manusia.
7. Bayi dengan 3 gen orangtua
Dr John Zhang di New Hope Fertility Center menggabungkan DNA (asam deoksiribo nukleat) dari seorang ayah, ibu, dan ibu donor demi menyelamatkan seorang bayi laki-laki dari penyakit bawaan Leigh Syndrome.
Namun, teknik tersebut memicu kritik dari ilmuwan-ilmuwan yang menganggapnya tidak beretika. Beberapa juga mempertanyakan cara dan kebenaran dari klaim Zhang.
Hingga saat ini, masih belum bisa dipastikan efek jangka panjang yang akan dialami oleh bayi tersebut, khususnya terkait kesehatannya. Sebab, penelitian pada tikus menunjukkan bahwa pencampuran mitokondria dapat menimbulkan masalah neurologis hingga penyakit metabolik
https://sains.kompas.com/read/2017/12/19/210300323/7-kontroversi-pilihan-yang-guncangkan-dunia-sains-pada-2017