Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sains Menjelaskan Bagaimana Polusi Udara Bisa Bikin Anak Nakal

KOMPAS.com — Polusi udara sering kali dikaitkan dengan kesehatan manusia. Namun, tahukah Anda bahwa polusi udara juga berpotensi membuat anak jadi nakal?

Diana Younan dari Keck School of Medicine, University of Southern California, Amerika Serikat, menjelaskan, tingkat polusi udara yang melonjak membuat udara penuh dengan partikel kecil. Partikel kecil inilah yang dapat membuat berbagai kerusakan dalam tubuh manusia.

"Sudah diketahui bahwa polusi udara dapat memengaruhi fungsi pernapasan atau kesehatan, tetapi tidak begitu diketahui bahwa itu juga bisa memengaruhi otak," ungkap Younan dikutip dari Popular Science, Kamis (14/12/2017).

Beberapa dekade belakangan, para ilmuwan mencatat bukti yang menunjukkan bahwa menghirup udara tercemar beracun bagi otak. Hal ini diteliti lebih dalam dengan perubahan perilaku, terutama pada anak-anak dan remaja.

Sesuai dengan yang disampaikan Younan sebelumnya, tentang bagaimana pemaparan timbal saat masa kecil (biasanya cat atau bensin) akhirnya terkait dengan masalah perilaku, beberapa ilmuwan menduga penurunan kejahatan yang terjadi di Amerika Serikat (dan beberapa negara lain) sejak 1990 dapat dihubungkan dengan penghapusan timbal dalam bensin.

"Timbal inilah yang memelopori keseluruhan penelitian mengenai faktor risiko lingkungan," kata Younan.

Berdasarkan analisis data dari hampir 700 anak, Younan dan timnya menemukan bahwa anak-anak di Los Angeles yang terpapar polusi udara lebih banyak selama masa remaja cenderung berperilaku nakal. Temuan ini kemudian dipublikasikan dalam Journal of Abnormal Psychology.

Temuan tersebut juga menjelaskan bahwa jumlah polusi yang sama berefek lebih kuat pada perilaku ketika anak-anak memiliki hubungan buruk dengan orangtua atau ketika ibu mereka menunjukkan tanda-tanda depresi.

Penelitian ini sendiri menggunakan data dari anak-anak selama hampir satu dekade. Data peserta dimulai ketika mereka berusia sembilan tahun.

Orangtua diminta untuk menyelesaikan kuisioner tentang perilaku anak-anak mereka setiap beberapa tahun sekali. Kuisioner tersebut berisi pertanyaan tentang kebiasaan berbohong atau curang, penggunaan narkotika, dan vandalisme.

Tim tersebut kemudian menggunakan data mengenai polusi udara setiap hari di wilayah tersebut untuk mengklasfikasikan jumlah polusi yang dihadapi setiap anak di dekat rumah mereka selama penelitian berlangsung.

Younan secara khusus melihat polusi dari partikel 2,5 yang berukuran 30 kali lebih kecil dari rambut manusia. Polusi tersebut terutama berasal dari mobil dan lalu lintas.

Dia menjelaskan bahwa hubungan antara tingkat polusi dan perilaku buruk tidak terkait dengan perbedaan ras, status sosial ekonomi, jenis kelamin, atau faktor sosial lainnya. Oleh karena itu, Younan menggarisbawahi bahwa ini adalah efek dari partikel polusi tersebut.

Namun, penting untuk dicatat bahwa orang miskin cenderung tinggal di dekat jalan raya atau daerah lebih berpolusi sehingga lebih banyak terpapar partikel ini, kata Younan.

Dengan kata lain, warga miskin lebih berisiko mendapatkan efek buruk ini.

Hasil penelitian Younan juga didukung Deborah Cory-Slechta, profesor kedokteran lingkungan di University of Rochester yang tak terlibat penelitian Younan.

Cory-Slechta juga memulai kariernya dengan melihat paparan timbal. Beberapa tahun terakhir, dia juga melakukan penelitian terkait polusi udara.

Awalnya dia skeptis bahwa polusi udara dapat berdampak pada otak. "Tapi sungguh menakjubkan apa yang mulai kami temukan. Semua orang terkejut, paling tidak, betapa dramatis beberapa efek ini," kata Cory-Slechta.

Dia juga mempelajari efek polusi udara pada model hewan. Hasilnya, perubahan perilaku yang  dilihatnya dalam penelitian tersebut tampaknya sesuai dengan jenis perilaku buruk yang diamati dalam studi longitudinal milik Younan.

"Bahkan pada tingkat keterpaparan yang relatif rendah (pada hewan), kita melihat perubahan perilaku. Hal-hal seperti impulsif, dapat berhubungan dengan tingkah lakunya," ungkapnya.

Polusi udara memang memiliki beberapa jalur potensial untuk masuk ke otak. Partikel yang terhirup dalam paru-paru bisa masuk dalam darah dan akhirnya beredar hingga ke otak.

Masalah partikel juga bisa menyebabkan stres di paru-paru. Ini bisa menyebabkan produksi molekul peradangan yang kemudian menuju ke otak.

Selain itu, pencemaran juga bisa langsung menyerang ke otak, terutama saat orang menghirup udara tercemar melalui hidung mereka yang terhubung langusng ke bagian otak yang disebut bola pencium.

Cory-Slechta menjelaskan lebih detail bahwa partikel yang melintasi mampu melewati perlindungan di membran darah otak.

Materi partikel sering disertai dengan logam, bahan organik, atau kontaminan lain. Semua itu dapat menimbulkan malapetaka pada otak, terutama pada ambang batas kritis.

"Ini adalah respons fisik terhadap polusi. Ini merusak otak," kata Younan.

Melihat temuan yang menyebutkan bahwa tingkat kejahatan turun sebagai dampak dihilangkannya timbal dari bensin, Younan berspekulasi bahwa mungkin hal ini juga bisa berlaku pada kasus polusi udara.

"Selama beberapa dekade terakhir, polusi udara telah menurun dan kejahatan telah menurun. Menarik untuk melihat apakah keduanya memiliki kaitan," ujar Younan.

https://sains.kompas.com/read/2017/12/18/201900523/sains-menjelaskan-bagaimana-polusi-udara-bisa-bikin-anak-nakal

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke