KOMPAS.com - Mata majemuks seperti yang dimiliki capung dan lebah ternyata hasil evolusi jutaan tahun lamanya.
Para ilmuwan baru-baru ini menemukan apa yang mereka yakini sebagai mata majemuk tertua di dunia. Mereka menemukannya pada fosil berusia 530 juta tahun.
Tim peneliti internasional menemukan benda tersebut saat meneliti fosil spesies yang disebut dengan trilobita di Estonia. Penemuan tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Science.
Trilobita sendiri merupakan nenek moyang kepiting dan laba-laba yang memiliki cangkang keras. Hewan ini hidup di perairan pesisir selama era Palaeozonik, sekitar 541-251 juta tahun yang lalu.
Temuan yang disebut Schmidtiellus reetae ini memiliki mata majemuk primitif, yaitu organ optik yang terdiri dari sel visual kecil yang disebut ommatidia.
"Fosil luar biasa ini menunjukkan kepada kita bagaimana hewan purba melihat dunia di sekitar mereka ratusan juta tahun lalu," kata Profesor Euan Clarkson dari University of Edinburgh's School of GeoSciences dikutip dari The Independent, Kamis (7/12/2017).
"Hebatnya lagi, ini mengungkapkan bahwa struktur dan fungsi mata majemuk hampir tidak berubah dalam setengah miliar tahun," ungkap Clarkson, salah satu tim peneliti.
Pemeriksaan fosil tersebut mengungkapkan bahwa spesies ini mungkin memiliki penglihatan yang buruk dibandingkan hewan modern. Meski begitu, para peneliti juga mengungkapkan bahwa hewan ini tetap dapat mengidentifikasi pemangsa yang mendekat.
Selain itu, mata tertua ini terdiri dari 100 ommatidia yang letaknya agak berjauhan. Ini berbeda dengan yang dimiliki hewan bermata majemuk saat ini.
Perbedaan lain yang ditemukan adalah tidak adanya lensa seperti mata majemuk modern. Tampaknya, spesies tersebut lebih memilih untuk membentuk cangkang daripada lensa mata.
Peneliti juga menjelaskan bahwa hanya dalam beberapa juta tahun kemudian, mata majemuk berkembang lebih baik dan memiliki resolusi tinggi pada spesies trilobita lain di wilayah Baltik saat ini.
"Ini mungkin contoh paling awal dari sebuah mata yang dapat ditemukan," kata Profesor Brigitte Schoenemann dari University of Cologne, Jerman yang juga merupakan tim peneliti.
"Spesimen yang lebih tua di lapisan sedimen di bawah fosil ini hanya berisi jejak hewan asli, yang terlalu lunak untuk menjadi fosil dan telah hancur seiring berjalannya waktu," imbuhnya.
https://sains.kompas.com/read/2017/12/11/165024323/organ-mata-tertua-ditemukan-pada-fosil-berusia-530-juta-tahun