JAKARTA, KOMPAS.com –- Belakangan ini, penyakit difteri menjadi ramai diberbincangkan publik. Hingga November 2017, terdapat 20 provinsi yang telah melaporkan adanya difteri dengan 593 kasus dan 32 kematian.
Kementerian Kesehatan berencana akan melakukan imunisasi ulang atau ORI (Outbreak Response Immunization) pada 11 Desember 2017 di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Ketiga provinsi ini dipilih karena tingginya prevalensi dan kepadatan masyarakat.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Mohamad Subuh, mengatakan, difteri yang terjadi pada tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.
Hal ini, misalnya, dapat dilihat dari umur pengidap difteri yang tak berhenti pada usia anak.
“Ini sesuatu yang luar biasa karena pada kasus difteri 2017 tidak ada batasan umur. Umur yang termuda itu 3,5 tahun dan yang tertua adalah 45 tahun,” kata Subuh di komplek gedung Ditjen P2P Kemenkes, Jakarta, Rabu (6/12/2017).
Selain itu, kemunculan difteri juga tak terbatas pada musim tertentu. 593 kasus difteri telah dilaporkan sepanjang Januari hingga November 2017.
Subuh menyebutkan, 66 persen dari jumlah prevalensi tidak melakukan imunisiasi. Kemudian, 31 persen melakukan imunisasi, tetapi tak sampai tahap final. Padahal, untuk terbebas dari difteri, setidaknya individu harus mendapatkan tiga kali imunisasi.
Sementara itu, sisanya yang sebesar 3 persen telah mendapatkan imunisasi lengkap.
“Kuman yang terpapar terus oleh yang bersangkutan karena disekelilingnya cukup banyak. Saya kira ini menjadikan daya tahan tubuh menjadi lemah. Insyaallah bagi yang sudah disuntik itu dijamin 95 persen dapat kekebalan,” kata Subuh.
Subuh berharap, ORI dapat mencakup 95 persen sasaran imunisasi. Sebab, cakupan imunisasi sebesar 90-95 persen akan menguatakan kekebalan kelompok sehingga menurunkan risiko kemunculan atau penularan difteri.
Selain imunisasi, Subuh mengimbau kepada penderita insfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) untuk selalu memakai masker. Kemudian, kebersihan diri juga dapat dijaga dengan rajin mencuci tangan. Menurut Subuh, pedoman ini berguna untuk menurunkan risiko penyebaran.
“Jangan-jangan kita memegang sesuatu dan orang habis bersin di situ, ada mikrobakteriumnya yang kepegang,” kata Subuh.
https://sains.kompas.com/read/2017/12/07/080900823/kemenkes--difteri-tahun-ini-luar-biasa