KOMPAS.com - Mendengar kata kelinci, apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Pasti Anda akan membayangkan hewan berbulu dengan tubuh mungil dan dua telinga yang menjuntai panjang.
Memang benar, kelinci pada umumnya seperti itu. Namun, Ginny adalah seekor kelinci yang spesial. Ia tidak bisa berdiri tegak lurus seperti kelinci pada umumnya dan lehernya bengkok 90 derajat ke satu sisi.
Hal ini tentu saja membuat pemilik Ginny, Caroline Rohwedder, khawatir. Sebab hingga usia empat tahun, Ginny tidak memiliki masalah di atas.
Seperti dilansir dari National Geographic, Jumat (1/12/2017), kondisi yang dialami Ginny disebut dalam dunia kesehatan sebagai torticollis. Kondisi ini membuat lehernya melengkung sehingga leher seperti jatuh ke samping. Penyebabnya ada banyak, misalnya infeksi telinga, stroke, tumor otak, atau trauma kepala.
Dalam kasus Ginny, kondisi ini muncul karena parasit yang bernama Encephalitozoon cuniculi.
Dokter yang menangani Ginny menduga bahwa kelinci berwarna coklat putih ini saat lahir sudah membawa protozoa tersebut di dalam sistem darahnya. Mikroorganisme ini memang sering menginfeksi kelinci peliharaan, meskipun baru belakangan dikenali sebagai parasit penyebab penyakit.
Seperti virus, induk kelinci yang memiliki bibit parasit ini dapat dengan mudah menularkan pada anaknya yang berada dalam kandungan. Parasit ini juga bisa didapat lewat makanan atau minuman kelinci yang sudah terkontaminasi.
Begitu parasit masuk ke aliran darah, ia akan langsung menyebar ke seluruh tubuh, kebanyakan berkumpul di sistem saraf. Dalam banyak kasus, parasit ini bisa mati dan tidak mengakibatkan dampak.
Sayangnya, sampai sekarang masih belum jelas apakah parasit ini dapat menyebabkan kerusakan saraf sehingga bisa membuat kepala miring atau apakah karena daya tahan tubuh kelinci yang lemah sehingga merusak sistem saraf yang mencoba melawan parasit.
Caroline yang tinggal di Austin, Texas, berkata bahwa saat dia mengadopsi Ginny pada 2012, kelinci mungil itu terlihat sehat dan tidak memiliki keanehan apa-apa. Pada saat itu, usia Ginny sudah tiga tahun.
Namun, setahun setelah dirawat Caroline, keadaan tiba-tiba berubah. "Saya bangun pagi dan terkejut karena kepalanya sudah menyamping," ujar Caroline.
Sejak saat itu, Ginny diberikan perawatan terbaik yang membuatnya tetap dapat berlari, melompat, dan makan seperti kelinci lainnya.
Sudah empat tahun sejak perubahan itu, dan tampaknya Ginny sudah mampu beradaptasi dan tetap sehat meski kepalanya miring. Untuk mengabadikan setiap momen berharga Ginny, Caroline sampai membuatkan akun instagram untuk Ginny yang menarik perhatian lebih dari 45 ribu akun instagram.
Dana Krempels, seorang dosen senior untuk departemen biologi Universitas Miami yang membidangi kelinci piaraan selama lebih dari 3 dekade, berkata bahwa kepala miring itu bisa diperbaiki, tergantung seberapa cepat diatasi dan ditemukan penyebab utamanya.
"Terkadang jika Anda langsung menangani kasus akut dengan cepat, potensi untuk sembuhnya besar. Ini (kasus Ginny) merupakan infeksi kronis yang membuat kepala miring selamanya," kata Krempels.
Krempels mengatakan, pengobatan untuk kasus seperti ini bisa berlangsung sampai berminggu-minggu, dan untuk mengetahui penyebabnya hanya bisa dilakukan lewat tes darah.
Jika penyebab kemiringan karena parasit, maka kelinci bisa sembuh dari infeksi. Hanya saja kepalanya akan tetap miring permanen.
https://sains.kompas.com/read/2017/12/04/210600223/kisah-ginny-si-kelinci-imut-dengan-kepala-miring-permanen