Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penting buat Orangtua untuk Tatap Mata Bayinya, Ini Penjelasannya

KOMPAS.com — Meski bayi belum mengerti apa pun,  otaknya dengan cepat dapat menangkap segala informasi.

Bila Anda orangtua baru, jangan lupa untuk menatap bayi Anda saat mengajaknya berbicara atau bercanda. Sebab, hal ini sangat berpengaruh pada tumbuh kembangnya.

Menurut penjelasan ilmuwan, tatapan mata orangtua yang ditangkap bayi dapat berpengaruh pada gelombang otak yang selaras. Dari penelitian terbaru, keselarasan gelombang otak akan menunjang kemampuan belajar dan berbicara si kecil.

Dikutip dari Science Daily, Rabu (29/11/2017), gelombang otak mencerminkan tingkat aktivitas dari jutaan neuron dan terlibat dalam proses transfer informasi antar bagian di otak.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ketika dua orang dewasa berbicara satu sama lain, komunikasi lebih berhasil jika gelombang otak mereka selaras.

Apakah itu terjadi antara orangtua dan bayinya?

Saat orangtua berinteraksi dengan bayinya, banyak perilaku dapat diselaraskan, misalnya pandangan mata, emosi, dan detak jantung mereka. Namun, baru sedikit penelitian yang mengungkap apakah aktivitas otak mereka juga akan selaras apabila saling bertatapan mata.

Peneliti di Lab Baby-LINC di Universitas Cambridge melakukan penelitiannya dan sudah dipublikasikan di Proceedings of National Academy of Sciences (PNAS).

Mereka memeriksa pola gelombang otak dari 36 bayi dengan menggunakan electroencephalography (EEG) untuk mengukur pola aktivitas getaran listrik otak melalui elektroda. Komposisinya adalah 17 pada percobaan pertama dan 19 di kedua. Dua kali percobaan dilakukan dengan menggunakan lagu anak-anak.

Pada percobaan pertama, bayi menonton sebuah video di mana seorang dewasa berpura-pura menyanyikan lagu anak-anak untuk si bayi.

Orang dewasa di dalam video sebelumnya sudah tercatat pola gelombang otaknya. Dia melihat langsung ke arah bayi tersebut. Lalu, dia menoleh untuk mengalihkan tatapannya, sambil tetap menyanyikan sajak anak-anak. Akhirnya, dia memalingkan muka, tapi matanya langsung menatap bayi itu kembali.

Seperti dugaan peneliti, gelombang otak bayi selaras dengan orang dewasa saat tatapan orang dewasa bertemu dengan bayi dibandingkan saat tatapannya dihindari.

Menariknya, efek keselarasan terbesar terjadi saat kepala orang dewasa berpaling tapi tatapan masih tertuju pada sang bayi. Menurut peneliti, hal ini karena tatapan seperti itu tampak sangat disengaja, dan memberi sinyal yang lebih kuat kepada bayi yang ingin diinformasikan orang dewasa kepadanya.

Lalu percobaan kedua saat seorang dewasa berhadapan langsung dengan bayi. Dia hanya melihat langsung bayi itu dan mengalihkan tatapannya saat menyanyikan sajak anak-anak.

Pada situasi ini, gelombang otaknya dipantau secara langsung untuk melihat apakah polanya dipengaruhi oleh bayi dan sebaliknya.

Hasilnya, baik bayi dan orang dewasa menjadi lebih selaras dengan aktivitas otak masing-masing saat kontak mata saling bermunculan.

Hal ini terjadi saat orang dewasa bisa melihat bayi  dan bayi sama-sama tertarik untuk melihat orang dewasa, bahkan saat dia membuang muka.

Peneliti mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa keselarasan gelombang otak bukan hanya karena melihat wajah atau menemukan sesuatu yang menarik, namun tentang berbagi niat untuk berkomunikasi.

Untuk mengukur niat bayi untuk berkomunikasi, peneliti mengukur berapa banyak bayi bersuara atau "bicara" saat uji coba.

Seperti yang telah diperkirakan, bayi berusaha lebih keras untuk berkomunikasi, membuat lebih banyak "bicara" saat orang dewasa melakukan kontak mata langsung. Bayi yang membuat 'vokalisasi' lebih lama ternyata memiliki keselarasan gelombang otak yang lebih tinggi dengan orang dewasa.

"Ketika orang dewasa dan bayi saling melihat satu sama lain, itu menandakan kesediaan dan niat mereka untuk berkomunikasi satu sama lain. Kami menemukan bahwa otak orang dewasa dan bayi menanggapi sinyal pandangan oleh menjadi lebih selaras dengan pasangannya. Mekanisme ini dapat mempersiapkan orang tua dan bayi untuk berkomunikasi, dengan menyinkronkan kapan harus berbicara dan kapan harus mendengarkan, yang juga akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif," Dr Victoria Leong, seorang ahli saraf.

Dikutip dari Science Daily, rekan penemuan keselarasan gelombang otak tersebut masih harus ditindak lanjuti. Belum diketahui penyebab keselarasan itu. Namun, tatapan mata dan mulut berperan.

https://sains.kompas.com/read/2017/12/03/145600723/penting-buat-orangtua-untuk-tatap-mata-bayinya-ini-penjelasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke