KOMPAS.com - Penderita HIV selama ini mendapatkan obat berupa Anti Retroviral (ARV) yang salah satu komponennya adalah Azidothymidine (AZT).
Penelitian terbaru mengungkap bahwa tanaman gandarusa (Justicia gendarussa) yang akrab dengan masyarakat Indonesia juga punya khasiat yang sama
Ilmuwan Universitas Illinois di Chicago, Hong Kong Baptist University di Kowloon Tong, dan Akademi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vietnam di Hanoi melakukan bioassay dan tes.
Dari bioassay, ilmuwan menemukan adanya anti-HIV arylnaphthalene lignan glycoside dalam tanaman gandarusa, patentiflorin A.
Tim peneliti lantas melakukan dua tes yang disebut M Tropik dan T Tropik, tujuannya untuk mengetahui kemampuan penghambatan patentiflorin A.
M-Tropik mengacu kepada kemampuan virus HIV untuk menyerang makrofag, sementara T-tropik mengacu pada kemampuannya untuk menyerang sel T.
"Patentiflorin A mampu menghambat enzim reverse transcriptase lebih efektif daripada AZT, baik pada tahap awal infeksi HIV saat virus menyerang makrofag, maupun saat menyerang sel-T," kata Lijun Rong dari University of Illinois yang melakukan riset.
Dari penelitian itu, Rong mengatakan bahwa patentiflorin A bisa menjadi alternatif baru pengobatan HIV.
"Patentiflorin A sebagai agen anti HIV bisa ditambahkan dalam rangkaian obat HIV saat ini untuk menghambat virus ataupun mencegah infeksi HIV," kata Rong seperti dikutip Medical News Today, Juni lalu.
Rong dan tim juga telah berhasil mensintesis Patentiflorin A sehingga tak diperlukan pembuatan kebun untuk menanam gandarusa hanya untuk memanen senyawanya.
Penelitian ini telah diterbitkan di Journal of Natural Products.
https://sains.kompas.com/read/2017/12/01/135507923/tanaman-gandarusa-diteliti-dan-ternyata-punya-zat-penghambat-virus-hiv