Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sepertiga Pasien Asma Ternyata Salah Diagnosis, Ini Solusinya

KOMPAS.com - Penyakit asma kerap dikaitkan dengan kesulitan bernapas, batuk, bahkan ada yang sampai nafasnya berbunyi "ngik" saat asma kambuh.

Bila Anda pernah merasakan hal yang sama atau sudah didiagnosis memiliki asma, ada baiknya untuk memastikan ulang kepada dokter dan menjalani sejumlah tes.

Pasalnya, penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Association pada awal tahun ini menyebutkan bahwa satu dari tiga orang yang didiagnosis memiliki asma, ternyata mendapat diagnosis yang salah.

BACA: Anak Memiliki Asma Cenderung Obesitas

Artinya, pasien tersebut sebenarnya tidak memiliki asma, tetapi mengalami gangguan pernapasan karena alergi atau penyakit radang.

Oleh sebab itu, dibutuhkan pemeriksaan menyeluruh agar diagnosisnya akurat, seperti tes spirometri untuk mengukur secara objektif kapasitas atau fungsi paru-paru dan tes pernapasan yang disebut FeNO untuk memeriksa kadar oksida nitrat sebagai indikator saluran pernapasan yang meradang.

"Penelitian ulang pada orang dewasa yang didiagnosis memiliki asma menunjukkan bahwa 30 persen tidak memiliki tanda-tanda asma yang jelas. Mungkin beberapa pasien pernah menderita asma di masa lalu, tapi kemungkinan besar banyak diagnosis yang salah," ujar anggota NHS seperti dikutip Telegraph, Rabu (29/11/2017).

Sebagai catatan, obat yang diberikan untuk penderita asma memiliki efek samping, seperti kram otot, infeksi tenggorokan, tremor, muntah, dan mual.

"Tidak ada tes dengan standar tinggi yang dapat melakukan diagnosis pasti. Hal ini bisa membuat orang-orang mendapat perawatan yang sebetulnya tidak mereka butuhkan," ujar Dr Andrew Menzies-Gow konsultan pengobatan pernapasan di Royal Brompton and Harefield NHS Foundation Trust sekaligus wakil ketua National Institute for Health and Care Excellence (Nice).

BACA: 2 Pencetus yang Wajib Dihindari Penderita Asma

Peringatan ini disambut baik oleh kepala eksekutif Asthma UK, Kay Boycott yang berkata bahwa ada banyak orang yang didiagnosis memiliki asma harus mengonsumsi obat yang tidak diperlukan tubuh dan mengalami efek samping.

"Dokter juga perlu memantau apakah gejala dapat membaik sebelum melakukan diagnosis. Hal ini agar pengobatan efisien, karena 40 persen pasien asma tidak menanggapi pengobatan awal," ujar Boikot.

Dengan adanya peraturan ini, maka ada kejelasan yang mewajibkan dokter untuk melakukan serangkaian tes objektif. Semoga hal ini tidak hanya dilakukan di Inggris, tetapi juga di Indonesia.

https://sains.kompas.com/read/2017/11/29/190600023/sepertiga-pasien-asma-ternyata-salah-diagnosis-ini-solusinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke