KOMPAS.com - Anda tentu sudah tidak asing dengan istilah stalaktit. Batuan kapur yang terbentuk dari tetesan larutan air kapur itu biasanya ditemui di gua yang kering atau lembap.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti mengidentifikasikan sekelompok kecil stalaktit yang mengalami pengapuran di bawah air.
Formasi stalaktit tersebut adalah Hells Bells di gua El Zapote, dekat Puerto Morelos di Semenanjung Yucatan, Meksiko.
Para peneliti Jerman-Meksiko yang dipimpin oleh Prof. Dr. Wolfgang Stinnesbeck menyelidiki bagaimana formasi berbentuk lonceng ini berkembang, dibantu oleh bakteri dan ganggang.
Temuan ini kemudian dipublikasikan dalam jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology.
Seperti yang telah diketahui, stalaktit atau speleothem dihasilkan melalui proses fisikokimia atau proses ketika air yang mengandung karbonat tinggi mengering. Biasanya, mereka membentuk ujung yang runcing karena air menetes ke lantai gua.
Akan tetapi, formasi di gua El Zapote yang panjangnya sampai dua meter berbentuk kerucut dan berongga dengan penampang berbentuk bulat, oval, atau tapal kuda. Bentuk-bentuk tersebut jelas terlihat tidak biasa jika dibandingkan dengan stalaktit pada umumnya.
Prof Stinnesbeck dari Institute of Earth Science, Heidelberg University yang dikutip dari Science Daily, Jumat (24/11/2017), berkata bahwa selain bentuk dan ukurannya yang unik, stalaktit di gua El Zapote juga memiliki mode pertumbuhan yang unik.
Stalaktit tersebut tumbuh di lingkungan tanpa cahaya di dekat pangkalan air tawar yang berada tepat di atas zona air asin beracun yang kaya akan oksigen dan sulfida.
Lalu, pengecekan uranium-thorium yang dapat mengukur usia kalsium karbonat memverifikasi bahwa formasi ini benar-benar tumbuh di bawah air, dan membuktikan bahwa Hell Bells terbentuk pada zaman kuno.
Artinya, area ini telah terendam selama ribuan tahun.
Menurut ahli geologi Heidelberg, dunia bawah laut di Semenanjung Yucatan, Meksiko adalah ekosistem penuh teka-teki yang menyediakan kondisi untuk pembentukan speleothem bawah air terbesar di dunia.
"Speleothem jenis ini yang sebelumnya ditemukan jauh lebih kecil dan kurang mencolok bila dibandingkan dengan Hell Bells," ungkap Stinnesbeck.
Para peneliti menduga bahwa pertumbuhan struktur berongga ini terkait dengan kondisi fisik dan biokimia spesifik di dekat haloklin, lapisan yang memisahkan air tawar dan air asin.
"Mikroba yang terlibat dalam siklus nitrogen, yang masih aktif sampai sekarang, bisa memainkan peran utama dalam pengendapan kalsit karena kemampuan mereka untuk meningkatkan pH (tingkat keasaman)," tutup Stinnesbeck.
https://sains.kompas.com/read/2017/11/27/193700823/ada-stalaktit-di-bawah-air-meksiko-bagaimana-bisa-terbentuk-