KOMPAS.com -- Paus adalah telah diketahui memiliki beberapa kebiasaan mirip manusia. Namun siapa sangka, paus juga suka spa.
Hal ini diungkapkan oleh mahasiswa pascasarjana bernama Sarah Fortune.
Fortune sempat melihat sekelompok paus kepala busur yang menggosok tubuh mereka di atas batu-batu besar di Pulau Baffin, Kanada.
Dengan menggunakan drone, dia menonton para paus yang asyik melakukan spa. Mereka memutarbalikkan badannya ke arah batu besar, seakan hal itu membantu paus untuk menggosok bagian kulit matinya yang kendur.
"Rasanya itu seperti waktu untuk spa para paus," ungkap Fortune dikutip dari National Geographic, Rabu (22/11/2017).
Dokumentasi perilaku paus tersebut kemudian dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE yang terbit pada Rabu (22/11/2017).
"Ini sangat menarik. Saya pernah mendengar tentang perilaku ini pada paus beluga dan orcas, tapi tidak pernah pada paus kepala busur," kata Paul Anderson, seorang peneliti di Mystic Aquarium yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Fortune yang merupakan kandidat PhD di University of British Columbia, Kanada, sebenarnya tidak bermaksud untuk mengidentifikasikan perilaku ini pada paus kepala busur.
Sebaliknya, dia ingin melihat bagaimana perubahan iklim mempengaruhi perilaku makan para paus. Untuk itu, dia meletakkan pelacak yang ditempelkan pada punggung paus.
Saat pelacaknya tiba-tiba mati, dia sempat menandainya sebagai sebuah kerusakan.
Baru kemudian dia menemukan sekelompok paus yang mengosok-gosokkan badannya pada batu yang berserakan di sekitar Cumberland Sound. Ketika dilihat lebih dekat, sebagian besar yang terkelupas adalah kulit mati ikan paus.
Fortune menyadari bahwa paus bisa membuang lapisan atas kulit mati melalui proses yang dikenal sebagai molting (pergantian kulit). Uniknya, mereka menggunakan batu untuk proses tersebut.
Sampel air di daerah tersebut juga menunjukkan sangat sedikitnya zooplankton yang membentuk keseluruhan makanan paus kepala busur. Ini berarti, para paus secara khusus berada di Cumberland Sound memang untuk menggunakan batu yang membantu melakukan molting.
Pada musim panas 2016, Fortune kembali ke Cumberland Sound. Kali ini dia bersenjatakan drone yang akan digunakan untuk memantau perilaku para paus tanpa mengganggunya.
Rekaman menunjukkan bahwa 81 paus di area ini punya tanda-tanda kulit mati. Untuk 40 persen paus, kulit mati menutup sedikitnya dua per tiga bagian tubuh.
Anderson sebelumnya juga pernah mendokumentasikan proses serupa pada paus beluga (Delphinapterus leucas) yang bersarang di laut Arktika. Namun tidak seperti paus kepala busur, paus beluga harus menempuh perjalanan panjang untuk bisa "spa" di Inlet Cunningham di sepanjang Pulau Somerset, barat laut Baffin.
"Mereka melakukan apa yang kita sebut dengan 'caterpillar', bergerak mendekati pantai dan bergesekkan dengan batu. Air hangat yang mengalir ke sela-sela tubuh membantu melembutkan dan melembabkan kulit," kata Anderson.
Fortune berpendapat bahwa molting dapat membantu menghilangkan parasit seperti kutu, plankton, atau kerusakan kulit akibat matahari yang dapat membahayakan kesehatan paus. Perairan hangat di Cumberland Sound memungkinkan paus untuk melepas kulitnya.
Senada dengan hal tersebut, Anderson juga percaya bahwa proses ini dapat membantu memperbaiki efisiensi hidrodinamika, ukuran seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk bergerak di air pada paus.
https://sains.kompas.com/read/2017/11/24/200800523/-scrub-dengan-batu-apakah-paus-juga-menjaga-kulitnya-tetap-halus-