KOMPAS.com — Beberapa tahun terakhir, planet Mars digadang-gadang dapat dijadikan rumah baru bagi manusia Bumi.
Hal itu salah satunya saat Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan mereka mempunyai bukti tentang keberadaan air di Mars pada 2015. Bukti tersebut berupa citra unik yang dipotret kamera wahana Mars Reconaissance Orbitter (MRO), yaitu garis gelap yang tampak lembap menyerupai air garam ada di planet merah.
Kepala ilmuwan planet NASA, Jim Green, bahkan membayangkan astronot pada masa depan akan menghirup air asin ketika menjelajahi Mars.
Namun, ilmuwan Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menghancurkan mimpi tersebut.
Dalam penelitian yang diterbitkan jurnal Nature Geoscience pada Senin (20/11/2017), USGS menyatakan, garis dalam citra wahana NASA tersebut sebenarnya adalah garis yang terbentuk oleh pasir atau debu.
"Pemahaman baru ini... mendukung bukti lain yang menunjukkan bahwa Mars saat ini sangat kering," kata Colin Dundas, penulis utama penelitian ini dikutip dari Washington Post, Senin (20/11/2017).
Temuan ini tentu saja mengecewakan sebagian besar orang yang berharap garis yang disebut recurring slope lineae (RSL) itu mungkin menandakan Mars bukanlah gurun seperti yang kita lihat sekarang.
Sementara itu, RSL sebenarnya tidak pernah membuktikan adanya air, tapi tampak seperti indikator yang kuat. Sebelumnya, para ilmuwan menyadari bahwa garis tersebut tumbuh dan menyusut untuk merespons musim.
Hal ini mirip dengan air asin yang diuapkan matahari dan dialirkan turun ke sungai atau lembah. Tak hanya itu, garis tersebut juga mengandung perklorat, yaitu molekul yang membantu air tetap cair pada rentang suhu yang lebih luas.
Namun, saat Dundas dan koleganya memeriksa puluhan gambar RSL di beberapa tempat, mereka menemukan "garis-garis" yang tidak menunjukkan sifat air yang mengalir.
Salah satunya, garis-garis tersebut hanya ada di puncak lereng yang sangat curam. Pada gambar lain, garis-garis itu seperti berakhir di lereng yang sesuai dengan sudut istirahat yang dinamis, yaitu sudut paling curam di mana bahan tertentu dapat di tumpuk tanpa merosot.
Jika Anda pernah bermain istana pasir, konsepnya sama dengan hal tersebut. Itu sebabnya pasir kering yang memiliki sudut istirahat yang sangat dangkal cenderung meluncur keluar dari bentuk.
Hal itu berbeda dengan pasir basah dengan sudut istirahat yang lebih curam yang dapat ditumpuk menjadi menara atau istana pasir.
"RSL tidak mengalir ke lereng yang dangkal, dan panjangnya sangat erat berkolerasi dengan sudut istirahat yang dinamis, ini bukan kebetulan," kata Alfred McEwen dari University of Arizona sekaligus co-author penelitian ini.
McEwen adalah penyidik utama di HiRISE, sebuah kamera di MRO yang digunakan untuk mengambil citra unik RSL Mars.
Akhirnya, Dundas dan McEwen menyimpulkan bahwa RSL tidak diciptakan oleh air. Sebagai gantinya, mereka ibarat jejak yang ditinggalkan biji-bijian kering yang meluncur menuruni sisi istana pasir yang merosot.
Mereka juga menulis bahwa ini tidak berarti tak ada air apa pun di RSL. Kecenderungan untuk garis-garis tersebut muncul saat musim hangat mengindikasikan adanya perklorat yang memungkinkan bahwa airlah yang membantu membuat garis-garis tersebut.
"Namun, volume air cair mungkin kecil atau nol," kata para ilmuwan.
Hal itu sesuai penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters tahun lalu. Dalam penelitian tersebut disebutkan, dalam garis itu terkandung tidak lebih dari 3 persen air cair.
"RSL mungkin terbentuk oleh mekanisme yang unik di lingkungan Mars," kata McEwen.
"Jadi mereka (RSL) mewakili kesempatan untuk mempelajari bagaimana Mars berperilaku, yang penting untuk eksplorasi masa depan," tutupnya.
https://sains.kompas.com/read/2017/11/21/193100823/temuan-baru-membantah-semua-bukti-yang-tunjukkan-mars-punya-air