Ahli biologi dari Universitas Indiana, Amerika Serikat, menemukan fenomena aneh ini secara tak sengaja. Awalnya mereka ingin mempelajari bagaimana gen menentukan susunan dan struktur kepala kumbang scarab.
Pada tahun lalu, para ilmuwan mendapati adanya gen ortodenticle yang mencegah kumbang scarab mengembangkan mata tambahan.
Lalu, saat gen tersebut dinonaktifkan, mata baru kumbang pun muncul saat serangga itu menetas dengan setumpuk mata majemuk di tengah kepalanya.
Dengan menggunakan pemindai mikroskop elektron, para ilmuwan mendapati bahwa mata baru tersebut memiliki struktur yang kompleks. Tak hanya itu, struktur mata juga terhubung dengan sistem saraf sehingga dapat digunakan untuk melihat.
Selain kumbang, mata ekstra juga dapat tumbuh pada lalat buah dengan cara yang sama. Sayangnya, mekanisme genetik mencegah mata baru lalat buah terintegrasi dengan sistem saraf sehingga tidak bisa mengirim informasi visual kepada otak.
Baca Juga : Tawon Malaysia Bermain Air dan Orang Pun Bertanya-tanya Maksudnya
"Proyek ini berawal dari temuan yang tidak disengaja," kata Armin Moczek, ahli biologi di Universitas Indiana seperti dikutip dari Live Science pada Selasa (14/11/2017).
"Tapi kita mendapat mata ekstra - sama sekali tidak terduga."
Untuk membuktikan mata baru tak sekedar pajangan, Moczek dan koleganya mengambil kumbang scarab yang masih menjadi lava dan menyinari mata baru tersebut.
Kumbang pun menundukkan kepala atau berpaling untuk menghindari cahaya. Dengan demikian, mata baru ini mampu menerima input sensorik sehingga dapat digunakan untuk melihat.
Modifikasi genetik bukanlah hal baru. Sebelumnya telinga manusia telah berhasil ditumbuhkan di punggung tikus laboratorium hingga pengembangan chimera manusia-babi.
Untuk melakukan hal ini dibutuhkan modifikasi genetik untuk menimbulkan organ kompleks seperti otak dan mata.
Namun, hal itu tak terjadi pada kasus munculnya mata baru pada kumbang scarab yang tumbuh dengan sendirinya. Moczek dan koleganya hanya mereorganisasi komponen genetika yang telah ada dengan menyingkirkan gen ortodenticle.
"Ada pemikiran umum bahwa evolusi yang bersifat kompleks memerlukan perubahan kompleks pada tingkat genetik," kata Zattara. "Hasil kami mengkonfirmasi beberapa temuan lain bahwa perubahan kompleks belum diperlukan dalam kasus ini," imbuhnya.
Baca Juga : Ini Dia Makhluk Frankenstein, Kombinasi Tawon, Belalang, dan Kecoa
https://sains.kompas.com/read/2017/11/16/182600223/mengutak-atik-gen-ilmuwan-tak-sengaja-ciptakan-kumbang-bermata-tiga