Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Titik Arus Panas di Antartika Terdeteksi Ilmuwan, Apa Dampaknya?

KOMPAS.com- Lapisan es di kutub bumi mulai meleleh dan permukaan laut di bumi mulai naik. Apakah hanya perubahan iklim yang menjadi sebabnya? Bisa jadi jawabannya tidak.

Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan arus panas bumi yang mulai terdeteksi di sejumlah titik di Antartika, Si Benua Putih. Akibatnya, lapisan di wilayah tersebut mulai terkikis dan membuat permukaan air laut sedikit demi sedikit mengalami kenaikan.

British Antartic Survey (BAS) menunjukkan peta terbaru tentang sejumlah titik arus panas bumi di benua tersebut. Laporan ini dimuat dalam jurnal Geophysical Research Letters.

Seperti dikutip di BBC pada Senin (13/11/2017), BAS menemukan bahwa arus panas terdeteksi lebih tinggi di dasar wilayah laut Antartika Barat dibandingkan dengan Antartika Timur. Oleh karena itu, saat ini banyak es di benua tersebut yang meleleh di wilayah barat.

Para peneliti tersebut mengatakan, penting untuk memahami panas yang berasal dari dalam bumi dan kondisi yang mengendalikan dinamika dasar lapisan es, serta penyebab arus es. Hal tersebut dinyatakan oleh Yasmina Martos yang saat ini berafiliasi dengan badan antariksa Amerika Serikat.

"Jika aliran panas ini tinggi, dasar es bisa mencair dan menghasilkan air yang berperan sebagai sebuah saput (lapisan es) yang meluncur," ungkap Martos dikutip dari BBC, Senin (13/11/2017).

"Meski hanya sedikit es yang mencair di dasar laut, tetapi itu sudah membuat lapisan es lebih mudah bergeser. Kami juga mengidentifikasi daerah dengan arus panas yang rendah, dan itu akan membantu menstabilkan lapisan es," lanjutnya.

Pengukuran suhu di dasar benua Antartika mustahil dilakukan dengan pengeboran es. Oleh karena itu, BAS melakukan pengukuran panas bumi dengan menggunakan alat berdaya tarik magnet. Alat ini bisa dirasakan oleh instrumen yang diterbangkan melintasi lapisan es. Kemudian, peneliti akan melakukan penghitungan yang cermat.

Peneliti sudah menegtahui bahwa pada suhu 580 derajat celsius, mineral panas kehilangan daya tarik magnetnya. Dari hal tersebut, mereka dapat memperkirakan lokasi aliran panas bumi di Antartika.

Ada perbedaan karakter antara Antartika Barat dan Timur berbeda. Wilayah timur merupakan potongan raksasa dari kerak benua tua dan dingin. Lalu, wilayah barat merupakan hasil dari pecahan di Era Cretaceous atau periode Kapur 100 juta tahun yang lalu.

"Pecahan ini telah menipiskan kerak bumi dan membawa panas bumi, dari ratusan kilometer di bawah kerak bumi ke sekitar 100 km dari permukaan kerak bumi. Hal ini menjawab pertanyaan geologi tentang Antartika Barat, wilayah yang terdapat gunung berapi," kata Tom Jordan, seorang ahli geologi dari University of Southern California yang terlibat penelitian ini.

Kemudian, salah satu kemajuan besar dalam ilmu Benua Putih yang terakhir adalah pengakuan tentang keberadaan jaringan "sungai" air bawah tanah yang sangat luas di bawah lapisan es. Sungai tersebut mengisi danau dengan air yang kemudian diledakkan secara berkala (geiser). Satelit merekam bagaimana lapisan es bergerak dan mengembang saat itu terjadi.

Salah satu proyek penelitian yang akan melihat manfaat langsung dari data peta adalah pencarian untuk mengebor es tertua di benua ini. Banyak negara berlomba-lomba mencari data dari inti bahan beku yang berisi catatan iklim yang terjadi pada 1,5 juta tahun lalu.

"Sangat menggembirakan melihat implikasi yang dimiliki peta panas baru ini bagi banyak komunitas, termasuk generasi baru model lapisan es dan permukaan laut," kata Martos.

"Saya sangat senang kita menyumbangkan aspek penting dengan detail yang belum pernah ada sebelumnya. Panas dari dalam bumi telah banyak menceritakan tentang bagaimana es berperilaku," tutupnya.

https://sains.kompas.com/read/2017/11/15/170700623/titik-arus-panas-di-antartika-terdeteksi-ilmuwan-apa-dampaknya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke