KOMPAS.com - Saat berbicara tentang kecerdasan, banyak orang akan menghubungkannya dengan kecerdasan intelektual atau intelligence quotient (IQ). Namun, sebuah penelitian awal yang dipublikasikan baru-baru ini mengungkapkan kecerdasan visual tidak ada hubungannya dengan IQ.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Cognitian edisi September, dengan judul Domain-specific and domain-general individual differences in visual object recognition.
Kecerdasan visual sendiri berhubungan dengan kebendaan. Seperti mencocokkan sidik jari, menafsirkan sinar-X untuk keperluan medis, melacak pesawat terbang pada layar radar, atau mencocokkan wajah forensik.
"Orang mungkin berpikir bahwa mereka dapat mengidentifikasi sebuah objek secara visual dengan baik. Tapi ternyata mereka tidak terlalu bagus dalam mengevaluasi kemampuan mereka dibanding orang lain," ujar profesor Isabel Gauthier, seorang profesor di departemen psikologi David K. Wilson, Universitas Venderbilt, Amerika Serikat dikutip dari Science Daily, Rabu (8/11/2017).
Di masa lalu, penelitian tentang pengenalan objek visual sebagian besar fokus pada pengetahuan umum yang dimiliki orang-orang. Tapi, Gauther penasaran dan tertarik pada pertanyaan tentang seberapa besar kemampuan visual bervariasi pada individu yang berbeda.
Untuk menjawab pertanyaan ini, dia dan koleganya mengembangkan tes baru yang disebut the Novel Object Memory Test (NOTM), untuk mengukur kemampuan orang dalam mengidentifikasi benda-benda asing.
Hal pertama yang dilakukan Gauthier adalah mengukur opini publik tentang kemampuan visual. Dia melakukan survey pada 100 orang dengan menggunakan Amazon Mechanical Truk (MTurk) (sebuah crowdsourcing yang memungkinkan individu untuk mengkoordinasikan kecerdasannya untuk melakukan tugas yang tidak dapat dilakukan komputer, red).
Dia menemukan, responden penelitian menganggap tugas visual berbeda dengan tugas lain yang berkaitan dengan kecerdasan umum. Selain itu, dia juga menemukan bahwa ada sedikit perbedaan dalam keterampilan visual daripada keterampilan non-visual (kemampuan verbal dan matematika) setiap orang.
Masalah utama yang harus ditangani Gauthier dan koleganya dalam menilai kemampuan visual seseorang adalah kebiasaan. Semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk mempelajari obyek tertentu - wajah, mobil, atau burung - maka kemampuan mereka untuk mengidentifikasi akan semakin baik.
Hal ini berpengaruh pada saat mengerjakan tes kemampuan visual, orang akan mengkombinasikan kemampuan visual dan pengalaman yang dimiliki dalam mengenal obyek benda tersebut. Gauthier membahas masalah ini dengan menggunakan makhluk abstrak yang dihasilkan komputer, yang disebut greebles, shinbugs, dan ziggerins untuk mempelajari kemampuan visual.
Tes awalnya mempelajari enam makhluk sasaran, diikuti oleh sejumlah percobaan yang menampilkan makhluk tadi dalam tiga set berbeda. Setiap set berisi makhluk dari kelompok sasaran tadi dengan dua makhluk asing. Peserta akan diminta untuk memilih makhluk yang familiar.
Setelah menganalisis hasil dari sekitar 2000 subyek, Gauther dan koleganya menemukan bahwa kemampun mengenali sebuah obyek berkaitan dengan seberapa baik seseorang dapat mengenali jenis makhluk yang lain. Walaupun obyek benda ini secara visual sangat berbeda.
Hal tersebut menegaskan bahwa tes ini dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan orang dalam mempelajari jenis bentuk baru. Para psikolog juga menggunakannya untuk beberapa tes terkait IQ. Hasilnya, mereka menyadari bahwa kemampuan visual yang diukur pada NOMT berbeda dan tidak berhubungan dengan kemampuan umum atau IQ.
"Ini cukup mengejutkan karena kinerja keterampilan kognitif selama ini hampir selalu dikaitkan dengan IQ. Hal ini menunjukkan bahwa kita dapat mempelajari sesuatu yang baru dari orang-orang yang mengikuti tes ini, ini melebihi dan melampaui semua kemampuan yang dapat diukur," ujar Gauthier.
Meski penelitian ini menunjukkan kecerdasan visual berbeda dengan IQ, tapi kemampuan visual yang dimiliki setiap orang sebenarnya jauh lebih besar dari pada yang dibayangkan. Sebab, pada satu metrik atau ukuran tertera koefisien persebarannya lebih besar pada NOMT daripada tes IQ nonverbal.
"Banyak pekerjaan dan hobi mengandalkan kemampuan visual. Karena terbukti kecerdasan visual berbeda dengan kecerdasan umum, langkah selanjutnya adalah mengeksplorasi lagi bagaimana hal ini diwujudkan dalam dunia nyata, terlebih pekerjaan," ujar Gauthier.
https://sains.kompas.com/read/2017/11/12/110900623/meski-sering-digunakan-ternyata-kecerdasaan-visual-berbeda-dengan-iq