Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Dunia Satwa di Karibia yang Hilang akibat Tangan Manusia

KOMPAS.com -- Kisah manusia yang menyebabkan kepunahan spesies lain rupanya bukan cerita baru. Manusia telah berkali-kali mendatangi tempat baru, menguasai, dan menyingkirkan spesies asli yang sudah hidup terlebih dahulu di tempat tersebut.

Hal ini juga terjadi di kepulauan Karibia yang terpaksa kehilangan keragaman satwanya setelah kedatangan manusia.

Ribuan tahun yang lalu, hutan-hutan di Karibia menjadi rumah bagi 130 spesies mamalia yang beragam, mulai dari kukang, monyet raksasa, mammoth, hingga tikus yang berukuran sangat besar.

Namun menurut penelitian yang dilakukan oleh Liliana Davalos, peneliti dari Stony Brook University di New York, keberadaan mereka perlahan menyusut dan mengilang setelah manusia mendatangi pulau tersebut, sekitar 6.000 tahun yang lalu.

Saat ini keragaman mamalia yang ditemukan di Karabia jauh lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Apa yang tersisa hanyalah 60 spesies kelelawar dan 13 spesies mamalia non -terbang.

Konklusi ini didapat dari hasil analisis bukti geologi, data fosil serta catatan migrasi manusia di wilayah tersebut.

Davalos, salah satu peneliti dalam studi ini, mengungkapkan bahwa ada dua hal utama yang terkoneksi sehingga menyebabkan punahnya satwa di Karibia.

Pertama, perubahan iklim yang terjadi pada saat itu membuat ekosistem berubah secara drastis. Lalu, kedatangan manusia ke kepulauan Karibia yang secara kebetulan bertepatan dengan perubahan iklim global. Kedua hal tersebut berkaitan satu sama lain dengan kepunahan spesies di Karibia.

Setidaknya, ada dua gelombang migrasi bertahap yang terjadi di Karibia. Kedua populasi itu datang dari Amerika dan Eropa.

Populasi dari Amerika adalah populasi pertama yang menetap di kepulauan Karibia 6.000 tahun yang lalu.

Tak lama kemudian, spesies terbesar seperti kukang dan monyet besar adalah spesies pertama yang punah. Mereka diburu hingga punah, digusur akibat pertanian, atau kombinasi keduanya.

Namun, menariknya adalah tikus pengerat besar di beberapa pulau Karibia justru menjadi buruan. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang memakan hewan pengerat tersebut.

Untungnya, populasi hewan pengerat masih berhasil bereproduksi dan tampaknya beradaptasi untuk hidup di samping manusia.

Kemudian sekitar 500 tahun yang lalu, gelombang manusia kedua kembali datang. Kali ini dari Eropa.

Mereka membawa sejumlah hewan lain bersama mereka, seperti kucing, tikus, luwak dan spesies lain yang menghancurkan hewan pengerat asli hingga akhirnya menghapu spesies asli ini dari habitatnya.

Hingga kini pun, Karibia dan juga belahan dunia lainnya mengalami krisis yang sama, ancaman kepunahan satwa lantaran aktivitas manusia.

Itu mengapa penelitian ini diadakan. Davalis berkata bahwa temuan mereka bisa membantu peneliti lain dalam membuat strategi menyelamatkan keragaman yang tersisa.

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Annual Review of Ecology, Evolution and Systematics.

https://sains.kompas.com/read/2017/11/08/214500523/kisah-dunia-satwa-di-karibia-yang-hilang-akibat-tangan-manusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke