KOMPAS.com - Bagaimanakah bentuk dan rupa alien? Pertanyaan tersebut merupakan salah satu misteri besar dalam dunia ilmu pengetahuan. Namun, baru-baru ini para peneliti dari University of Oxford mencoba menjawabnya.
Para ahli biologi evolusioner menggunakan keahlian mereka untuk menjelaskan argumen penerapan seleksi alam dan memprediksi morfologi dan fungsi organisme ekstra-terestrial alias alien.
"Pendekatan masa lalu di bidang astrobiologi sebagian besar bersifat mekanistik, mengambil apa yang kita lihat di bumi dan apa yang kita ketahui tentang kimia, geologi, dan fisika untuk membuat prediksi tentang alien," kata Sam Levin, salah seorang peneliti yang terlibat dikutip dari Science alert, Kamis (2/11/2017).
Daripada mengasumsikan bentuk kehidupan di dunia lain berdasarkan atribut kimiawi bumi, Levin berpendapat bahwa kita harus lebih fokus pada proses seleksi alam.
"Ini adalah pendekatan yang berguna karena prediksi teoritis akan berlaku untuk alien yang berbasis silikon, tidak memiliki DNA, dan menghirup nitrogen, misalnya," sambung Levin.
Untuk membuat sketsa jenis biologi alien, para peneliti berkata bahwa kita harus mengumpulkan bukti pada setiap momen kritis planet yang bisa memicu evolusi.
Di bumi sendiri, ada banyaknya bukti tentang peristiwa global besar yang memulai jalur evolusioner baru, seperti pelepasan semburan nutrisi.
Para peneliti kemudian membuat sketsa beberapa konsep tentang bagaimana kompleksitas dapat berkembang di biosfer lain.
"Kami masih belum bisa mengatakan apakah alien akan berjalan dengan dua kaki atau memiliki mata hijau besar," kata Levin.
"Tapi kami percaya bahwa teori evolusioner menawarkan alat tambahan yang unik untuk mencoba memahami seperti apa alien itu, dan kami telah menunjukkan beberapa contoh prediksi kuat yang bisa kami buat dengannya," sambung Levin.
Sebetulnya, usulan untuk menerapkan evolusi pada astrobiologi bukan ide baru. Namun, apa yang dilakukan oleh Levin dan kolega sangat bermanfaat sebagai latihan untuk mengeksplorasi apa yang mungkin terjadi.
Pasalnya, kalaupun kita menemukan biologi di planet lain, makhluk tersebut tentunya adalah "sistem kimia mandiri yang mampu menjalani evolusi Darwin".
"Pada setiap tingkat organisme, pasti akan ada mekanisme untuk menghilangkan konflik, bekerja sama, dan menjaga fungsi organisme," kata Levin.
"Kami bahkan bisa menawarkan beberapa contoh tentang mekanisme ini," lanjutnya.
Penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Astrobiologi ini mungkin tidak revolusioner, tetapi ia bertindak sebagai pengingat bahwa evolusi menentukan kualitas kehidupan.
Hal ini juga dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk melihat apa yang kita harapkan dari kehidupan yang berkembang di exoplanet. Mungkin kita bahkan bisa mulai membuat semacam kategori pendahuluan tanpa menginjakkan kaki ke dunia yang luas ini.
Paling tidak, ini menambah bahan bakar salah satu hiburan favorit umat manusia, yaitu bermimpi bahwa kita tidak sendiri.
https://sains.kompas.com/read/2017/11/02/215100223/jika-kita-tak-sendiri-bagaimanakah-rupa-alien-