KOMPAS.com -- Berdasarkan Kitab Yosua di Perjanjian Lama, ilmuwan di Universitas Cambridge meyakini gerhana matahari terdokumentasi pertama kali 3.000 tahun lalu. Menurut para peneliti, gerhana terjadi pada tanggal 30 Oktober 1207 Sebelum Masehi (SM).
Profesor Sir Colin Humphrey, dari Jurusan Sains Material dan Metalurgi Universitas Cambridge, menjelasan salah satu teks di Kitab Yosua.
Saat Nabi Yosua berhasil memimpin orang Israel menuju Kanaan - daerah perbatasan antara Israel dan Palestina- Yosua berdoa: "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!". Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya.
Menurut Humphrey, bila apa yang ada di dalam doa Yosua adalah hasil pengamatannya langsung maka peristiwa astronomi sudah terjadi saat itu.
Humphrey dan koleganya, Graeme Waddington, melakukan verifikasi terkait terjemahan di Kitab Yosua tersebut.
"Terkadang dalam terjemahan di bahasa Inggris diartikan bahwa matahari dan bulan berhenti bersinar. Tetapi setelah kita pelajari kitab asli Ibrani, artinya matahari dan bulan kondisinya tidak seperti biasanya, alias tidak bersinar," kata Humphrey seperti dilansir dari Telegraph, Senin (30/10/2017).
Sebetulnya, penemuan Humphrey terkait gerhana berdasarkan Kitab Yosua bukanlah yang pertama. Sebelumnya, para sejarawan juga melakukan studi tentang gerhana di Kitab Yosua.
Mereka menganggap bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan peristiwa tersebut sebagai gerhana matahari, karena itu membutuhkan perhitungan yang rumit dan lama.
Sejarawan juga cenderungnya menyimpulkannya sebagai gerhana total, dan bukan gerhana bulan, karena bulan melintas terlalu cepat di hadapan matahari dan cincin gerhana tidak terjadi.
Sementara itu, para peneliti di Cambridge mencoba mencari waktu dan tanggal peristiwa di Kitab Yosua tersebut.
Akhirnya, terciptalah sebuah "kode gerhana" yang dipublikasikan dalam jurnal Astronomy & Geophysics, setelah para peneliti berkali-kali menguji pola variasi rotasi bumi.
Hasilnya, gerhana cincin matahari yang terlihat dari Kanaan sekitar 1.500 hingga 1.050 SM hanya terjadi pada tanggal 30 Oktober 1207 SM di sore hari.
Untuk meyakinkan penemuan mereka, sebuah naskah kuno Mernepath dari jaman Firaun, diteliti. Kitab kuno tersebut mengisahkan orang Israel yang berada di Kanaan sekitar 1.500 dan 1.050 SM.
Bukti ini juga didukung oleh sebuah bongkahan batu granit besar di Museum Mesir di Kairo yang ditulis pada tahun kelima zaman pemerintah Mernepath. Di batu tersebut, tertulis bahwa orang Israel melakukan perayaan kemenangan mereka di Kanaan.
Jika kode gerhana benar-benar terbukti, maka para ilmuwan tidak hanya telah berhasil menemukan catatan gerhana tertua, tetapi juga tanggal pemerintahan Raja Ramasses dan anaknya, Mernepath.
Humphrey menjelaskan bahwa gerhana matahari sering kali digunakan untuk mencari tanggal pasti dari suatu peristiwa terjadi di jaman kuno. Oleh karena itu, dengan menggunakan hitungan baru ini, dapat diketahui bahwa pemerintahan Mernepath dimulai dari 1210 atau 1209 SM.
Seperti yang ditulis di Kitab Mesir, Mernepath dan ayahnya, Ramesses menjadi penguasa sekitar 1276-1210 SM. Angka tahun ini paling akurat ditemukan dengan selisih 1-2 tahun.
"Sistem penanggalan pada jaman Firaun dinilai para ilmuwan sering tidak tepat, dan bila sistem penanggalan baru ini diterima, maka para ilmuwan akan bisa melakukan penanggalan peristiwa penting lainnya,"kata Humphrey.
https://sains.kompas.com/read/2017/10/31/200600223/keajaiban-dalam-alkitab-terbukti-gerhana-terjadi-3.000-tahun-lalu