Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Forence, Penderita Kaki Gajah Buah Zakar, dan Pelajarannya

Horace Owiti Opiyo atau dikenal dengan panggilan Forence, dari Kibigori, Kenya, menderita kaki gajah skrotum. Akibatnya menyebabkan skrotum atau buah zakarnya membengkak.

Kisahnya bermula saat Forence menyadari memiliki sebuah benjolan pada alat kelaminnya pada tahun 2006 saat ia berusia 10 tahun.

Setahun kemudian ia menjalani prosedur operasi untuk menghilangkan benjolan tersebut. Namun masalah justru terjadi belakangan.

Pemuda berusia 20 tahun itu kemudian didiagnosis menderita penyakit kaki gajah pada alat kelaminnya. Itu artinya alat kelaminnya membengkak menjadi berkali lipat ukuran rata-rata.

Berjalannya waktu, penyakit tersebut menyebabkan skrotum dan penis Forence tumbuh hampir sepanjang satu meter.

"Awalnya hanya seperti bisul, kemudian ukurannya seukuran kepal tanganku. Terus bertambah besar dan terus membesar," katanya.

Forence akhirnya harus putus sekolah karena testisnya tumbuh begitu besar sehingga dia tidak bisa memakai pakaian atau berjalan dengan mudah.

Berhubung tidak mampu menjalani operasi lagi, Forence mulai meluangkan lebih banyak waktu di rumah bersama saudaranya,Eliza dan neneknya, Salina. Sementara orangtuanya meninggal saaat ia berumur lima tahun.

"Saya mengatakan kepada nenek saya kalau saya sudah terinfeksi oleh penyakit. Tapi saya tidak yakin apa itu. Bisa jadi kutukan," kata Forence.

Beberapa penduduk setempat percaya bahwa pengobatan herbal dapat menyembuhkannya. Sang nenek mencoba saran itu dan mencoba menggosokkan ramuan liar tertentu pada alat kelamin Forence. Namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

"Rasa sakitnya semakin tak tertahankan sehingga saya bahkan tidak bisa berjalan atau duduk. Aku berjalan membungkuk," ceritanya lagi.

Ditengah keputusasaannya, seorang tetangga bernama Duncan Otieno datang membantu. Ia memotret Forence dan memasang gambar-gambarnya di Facebook yang disertai dengan permohonan bantuan.

Berita itu kemudian terdengar di telinga istri Gubernur Kisumu, Olivia Ranguma, yang kemudian meminta dokter untuk memeriksa Forence. Sebuah ambulans dikirim untuknya langsung.

Dokter di Rumah Sakit Jaramogioginga Odinga memeriksa Forence dan mendiagnosanya menderita kaki gajah skrotum.

"Ini adalah kondisi yang dalam bahasa medis disebut lymphedema dimana terjadi pembengkakan pada jaringan," jelas Dr Emmanuel Benge, dokter yang memeriksa Forence.

"Dalam kasus ini adalah alat kelaminnya. Itu sesuatu yang disebut dengan kaki gajah," katanya lagi.

Kaki gajah skrotum dapat disebabkan oleh gigitan nyamuk yang menyuntikkan larva ke dalam aliran darah.

Larva kemudian menjadi cacing parasit yang invasif, menghalangi sistem sirkulasi tubuh yang menyebakan lymphedema atau pembengkakan jaringan dan penebalan kulit.

Namun terkait reproduksinya, ada harapan karena di dalam skrotum masih ada testis yang sehat.

Rumah sakit menjadwalkan dua operasi. Pertama menyingkirkan kelebihan massa dan kedua merekonstruksi penis dan membuat bentuk dan ukurannya mendekati normal.

"Kami fokus menghilangkan jaringan berlebih, kulit dan daging serta lemak serta merekonstruksi penis. Meski begitu ada resiko yang harus diambil karena banyak pembuluh darah di daerah tersebut yang bisa mengakibatkan kehilangan banyak darah bahkan kematian," kata Dr Dan Raburu, Dokter Bedah yang menangani operasi Forence.

Tapi untung saja operasi tersebut berjalan lancar.

"Saya merasa senang bahkan tidak takut. Ketika saya bangun saya merasakan tubuh saya begitu ringan. Semua rasa berat telah hilang," ungkap Forence.

Forence pun mendapatkan kehidupan normalnya lagi. Setelah masa penyembuhan ia mulai berencana melakukan aktivitas seperti berenang, bermain sepak bola dan berlari.

Walaupun jarang terdengar kaki gajah di skrotum, namun kaki gajah sendiri secara umum masih jadi epidemi di Indonesia. Perlu kesadaran untuk mengeliminasinya.

Obat pencegahan kaki gajah terdiri dari kombinasi tablet Diethylcarbamazine (DEC)100 mg dan tablet Albendazole 400 mg.

Dosisnya dibedakan berdasarkan umur. Pada anak usia 2-5 tahun, dosisnya berupa satu tablet DEC dan satu tablet Albendazole. 6-14 tahun mendapat dua tablet DEC dan satu Albendazole. Lebih dari 14 tahun, resepnya tiga tablet DEC dan satu tablet Albendazole.

https://sains.kompas.com/read/2017/10/27/195448623/kisah-forence-penderita-kaki-gajah-buah-zakar-dan-pelajarannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke