Surat itu ditulis oleh Marcel Nadjari, seorang tahanan Yahudi-Yunani yang ditugaskan sebagai anggota Sonderkommando, kelompok tahanan Yahudi yang dipaksa membantu Nazi dalam program pemusnahan massal mereka.
Ia menyembunyikan dan menguburkannya sendiri surat yang ditulisnya di sebuah hutan dekat kamp. Bahkan sebelumnya ia menyimpan rapat surat itu dalam sebuah termos yang dibungkus dengan kantong kulit.
Nadjari berharap seseorang akan menemukan surat tersebut dan menyerahkan surat itu kepada keluarganya di Yunani.
Namun baru pada tahun 1980, seorang siswa tanpa sengaja menemukan dokumen yang dikuburkan itu di dekat sisa-sisa krematorium Auschwitz-Birkenau III.
Surat itu tidak mendapatkan perawatan yang layak dan hanya 10 persen terbaca. Tetapi dengan menggunakan analisis multispektral, Pavel Polian, sejarawan kelahiran Rusia mampu membuat dokumen tersebut menjadi 85-90% terbaca.
Surat Nadjari sendiri menjadi penting karena mengungkapkan pengalaman yang luar biasa tentang bagaimana pengalaman dan jiwa tahanan kamp konsentrasi yang dipaksa melakukan tugas di luar nalar.
Nadjari lahir pada tahun 1917 di Thessaloniki. Dia kemudian dipindahkan ke Auschwitz pada bulan April 1944. Sebagai Sonderkommando, ia bertugas menyambut para tahanan saat tiba di kamp.
Tahanan ini kemudian bukan akan dipekerjakan di kamp, melainkan akan dimusnahkan.
Mereka digiring ke sebuah ruangan. Untuk mencegah kepanikan dan ketakutan tawanan, mereka pun diberitahu bahwa mereka dibawa kesana untuk mandi, padahal sebenarnya mereka menuju ke kamar gas.
"Pekerjaan kami adalah menerima tahanan terlebih dahulu, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui alasannya ditahan," tulis Nadjari.
"Setelah mereka semua telanjang, mereka dibawa ke ruang kematian, dimana orang Jerman meletakan pipa-pipa di langit-langit yang membuat mereka berpikir bahwa mereka sedang bersiap untuk mandi," lanjutnya.
"Dengan cambuk di tangan mereka, orang Jerman memaksa mereka untuk berdekatan, sebanyak mungkin, kemudian pintu ditutup rapat," ceritanya lagi dalam surat.
Sonderkommandos kemudian memindahkan mayat dari kamar gas, mengeluarkan barang-barang berharga termasuk mengambil gigi emas di mayat, membawa mayat ke krematorium kamp, kemudian melemparkan abu ke sungai terdekat.
"Setelah setengah jam, kami membuka ruang itu, dan pekerjaan kami dimulai. Kami membawa mayat para wanita dan anak-anak yang tidak bersalah ke ruangan dengan oven. Mereka dimasukkan kedalam tungku, dibakar tanpa menggunakan bahan bakar karena lemak yang mereka miliki,"
Dalam pengakuannya disurat yang ia tulis, hal tersebut membuatnya hampir gila. Nadjari sering berpikir untuk mengakhiri juga hidupnya dengan masuk ke dalam ruang gas. Namun kemudian bertekad untuk tetap hidup sehingga ia bisa membalas dendam keluarganya.
"Saya ingin hidup untuk membalas kematian Papa, Mama dan adik perempuan tercinta saya, Nelli,"
Nadjari yang akhirnya dibebaskan pada tahun 1945 bertahan di Auschwitz. Dia kembali ke Yunani setelah perang dan kemudian berimigrasi ke Amerika Serikat. Ia meninggal di New York pada tahun 1971 pada usia 54 tahun.
Pada tahun 1947, sebenarnya Nadjari sudah menerbitkan sebuah memoar mengenai pengalaman Holocaust. Tapi ia sepertinya enggan memberi tahu kepada siapapun mengenai surat yang ia tulis.
Surat Nadjari sendiri merupakan salah satu dari sembilan dokumen yang dikerjakan oleh Poilan selama 10 tahun terakhir.
Dari surat-surat tersebut, 5 diantaranya ditulis oleh Sonderkommandos. Sebagaian surat juga ditulis menggunakan yahudi, hanya surat yang ditulis oleh Nadjarilah yang ditulis menggunakan bahasa Yunani.
"Surat-surat tersebut merupakan dokumen paling utama dari Holocaust," tukas Poilan seperti dikutip dari Smithsonian, Rabu (11/10/2017).
Sekarang setelah isi surat itu teruraikan, surat rahasia tersebut akan dipublikasikan di Jerman untuk pertama kalinya bulan ini sementara versi terjemahan bahasa Inggrisnya akan terbit bulan depan.
https://sains.kompas.com/read/2017/10/27/184830623/surat-tahanan-auschwitz-ungkap-horor-pembunuhan-yahudi-oleh-nazi