Samuel Hill dari Massey University, Auckland menyebutkan bahwa kicauan atau nyanyian burung mempunyai dua fungsi utama, yaitu mempertahankan teritori dan menarik lawan jenis.
Hal tersebut juga berlaku bagi burung tui (Prosthemadera novaeseelandiae). Perhatian utama dari kicauan burung tui adalah pertahanan wilayah.
"Ada pohon berbunga dan berbuah sepanjang tahun di Selandia Baru, jadi tui selalu memiliki hal untuk dipertahankan," kata Hill dikutip dari New Scientist, Jumat (20/10/2017).
"Ini menjelaskan mengapa mereka berkicau sepanjang tahun," sambung Hill.
Baca: Ribuan Burung Pipit Mati Misterius di Karangasem, Apa Penyebabnya?
Berkicau membutuhkan banyak energi, jadi pejantan mungkin juga sekaligus memamerkan daya tahan fisiknya terhadap betina.
Kicauan yang panjang dan rumit juga bisa menjadi tanda keterampilan dari si pejantan. Untuk menyanyikannya, burung harus menggunakan otot vokal super cepat untuk mengendalikan perubahan akustik yang cepat.
Dengan demikian, Hill menjelaskan, tui jantan akan tersinggung pada saingan potensial yang bernyanyi di sekitar wilayah mereka terutama jika lagu saingannya lebih rumit.
Temuan tersebut dijelaskan Hill dalam penelitiannya yang dipublikasikan melalui Ibis International Journal of Avian Science.
Untuk menguji reaksi para pejantan, Hill dan rekan-rekannya mempelajari 12 wilayah di Tawharanui Regional Park di sebelah utara Auckland.
Dengan menggunakan speaker, mereka memutar lagu burung tui yang sederhana dan rumit, serta sebuah lagu kontrol dari spesies lain. Masing-masing lagu diputar selama tiga menit di sekitar wilayah.
Lagu rumit hampir dua kali lebih panjang daripada lagu yang sederhana, dengan lebih dari dua kali jumlah suku kata dan jenis suku kata.
Ternyata, setelah lagu rumit diputar, tui jantan akan mendekati speaker lebih cepat. Mereka juga lebih dekat. Rata-rata 0,3 meter. Sementara itu, saat diputar lagu sederhana, tui jantan hanya mendekati sejauh 6,3 meter.
Para peneliti juga menemukan bahwa tui jantan menanggapi lagu rumit dengan lagu yang lebih rumit. Tanggapan mereka menggunakan rentang suku kata yang lebih luas dan berlanjut lebih lama.
Kazuhara Sasahara dari Nagoya University yang tidak ikut dalam penelitian ini ikut menanggapi.
"Burung-burung yang berkicau diketahui sensitif terhadap apa yang disuarakan oleh burung lain, tapi temuan Hill mungkin yang pertama dalam menunjukkan hubungan langsung antara kompleksitas lagu dan respons agresif pejantan terhadap teritori," kata Sasahara.
https://sains.kompas.com/read/2017/10/25/090700823/tui-burung-yang-marah-jika-saingannya-berkicau-lebih-baik