Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tikus Menang Lawan Ular, Kenapa Perang Hewan Kadang Tak Masuk Akal?

Contoh, tikus bisa sintas melawan ular. Manusia bisa menyelamatkan diri walaupun sudah dililit piton.

Kenapa bisa begitu?

Saat ini para ilmuwan mulai mengevaluasi pandangannya. Mereka telah mengabaikan unsur penting dari pertarungan tersebut, yaitu keterampilan bertarung para hewan.

"Saya pikir itu adalah sesuatu yang telah diabaikan secara besar-besaran ketika mempelajari bagaimana hewan bertarung dan mengapa mereka menang," kata Mark Briffa, seorang profesor perilaku hewan dari University of Plymouth dikutip dari Livescience, Rabu (18/10/2017).

Setelah mengamati ratusan pertarungan hewan, Briffa menemukan bahwa beberapa hewan tampaknya kompeten dalam melakukan perilaku agresif yang dibutuhkan.

"Tetapi yang lain tampaknya lebih tidak kompeten dan tidak melakukan gerakan secara akurat dan tepat sebagai individu lainnya," sambung Briffa.

Baca: Kisah Perang Dua Dunia antara Hiu dan Aligator Terbukti Kebenarannya

Briffa mencatat, mendefinisikan dan mengukur keterampilan jauh lebih rumit dari pada kekuatan dan ukuran tubuh.

Hal inilah yang mungkin menjadi penyebab mengapa keterampilan ditinggalkan dalam penelitian tentang perilaku hewan.

Apalagi keterampilan bertarung cenderung bervariasi antara spesies satu dengan lainnya. Atribut ini tidak selalu mudah dihitung.

Tapi melalui tulisannya di Journal Proceedings of the Royal Society B pada Rabu (27/9/2017), Briffa dan peneliti post-doktoral Sarah Lane menjelaskan keterampilan yang mungkin ada dalam kontes hewan dan bagaimana peneliti dapat menyelidiki pengaruhnya.

Mereka mengemukakan bahwa keterampilan harus dibedakan menjadi dua konsep terkait, yaitu kemampuan dan teknik.

Kemampuan mengacu pada kemampuan bawaan hewan untuk bertarung seperti kekuatan atau kemampuan sensorik. Kemampuan ini bisa diturunkan secara genetik maupun dari faktor lingkungan yang mempengaruhi ekspresi gen selama pertumbuhan.

Sedangkan teknik mengacu pada kemampuan hewan untuk melakukan gerakan spesifik yang penting untuk pertarungan. Teknik dapat dipengaruhi oleh kemampuan dan pengalaman dalam bentuk latihan saat bermain atau pertarungan sesungguhnya.

Keterampilan di sisi lain adalah penerapan teknik dalam konteks pertarungan sejati, di mana kemampuan hewan untuk melakukannya dibatasi oleh tindakan lawan.

Kedua peneliti tersebut mencatat bahwa beberapa penelitian telah melampaui sekedar ciri fisik dan telah mempertimbangkan pertarungan melawan hewan biasanya ditentukan oleh intensitas atau tingkat tindakan yang mereka lakukan.

"Ini sedikit berbeda dengan keterampilan," tutur Briffa.

"Anda bisa melakukan sesuatu berulang-ulang, tapi mungkin Anda tidak melakukannya dengan baik," sambungnya.

Menurut Briffa, keterampilan bertarung hewan ditentukan oleh efisiensi, keakuratan, dan presisi  yang mereka tunjukkan. Komponen penting lainnya adalah kesesuaian dari tindakan yang dipilih pada waktu tertentu sepanjang pertarungan, dengan mempertimbangkan faktor lingkungan dan perilaku lawan.

Robert Elwood, profesor perilaku hewan dari Universitas Queen Belfast yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, saran untuk mempertimbangkan peran keterampilan dalam konteks hewan masih asing dan seharusnya mendorong penelitian selanjutnya.

"Tampaknya sangat jelas, tapi seing sains mengabaikan yang sudah jelas," ujar Elwood.

Sesuai dengan observasi peneliti, ketika terjadi perbedaan ukuran dan kekuatan pada hewan yang bertarung, kadang kala pemenangnya adalah yang lebih kecil atau lebih lemah.

"Ini sering dianggap sebagai kesalahan eksperimantal, namun Briffa dan Lane menawarkan kemungkinan alternatif yaitu beberapa individu memiliki perbedaan keterampilan," sambung Elwood.

Baca: Terekam Kamera, Anjing Laut Bertarung Melawan Gurita

Kesulitan penelitian ini adalah menemukan cara untuk mengukur keterampilan.

Pada awalnya, Briffa berpikir untuk merekam gerakan binatang dalam 3D. Hal ini memungkinkan peneliti membandingkan pergerakan para pemenang dengan yang kalah.

Dengan cara tersebut diharapkan dapat mengidentifikasi tindakan yang bisa menandakan keterampilan petarung.

Briffa dan timnya telah memiliki beberapa hasil yang mendukung gagasan tersebut dari penelitian sebelumnya.

Pada penelitian sebelumnya, diperlihatkan para umang-umang yang bertarung dengan mengetuk cangkangnya untuk melawan lawan mereka.

Dengan mengukur pergerakan cangkang umang-umang, mereka menemukan bahwa serangan yang sukses dilakukan dengan memindahkan cangkangnya melalui jarak yang lebih pendek bersamaan dengan serangan dibandingkan penyerang yang tidak berhasil.

Mereka juga menemukan bahwa makin kecil jarak umang-umang memindahkan cangkang, makin kuat serangan yang dilakukan.

Temuan ini menunjukkan bahwa pemenang menggunakan gerakan menyerang yang lebih efisien. Oleh karena itu, para penyerang yang terampil dapat bertarung kembali dengan lebih kencang dan meningkatkan peluang kemenangan mereka, kata Briffa.

Meski demikian, Briffa menekankan bahwa gagasan ini masih merupakan hipotesis dan memerlukan pengujian yang ketat.

"Tapi saya harap hal ini membuat orang memikirkan apa yang ingin kita ukur saat melihat pertarungan," tambahnya.


https://sains.kompas.com/read/2017/10/20/220046723/tikus-menang-lawan-ular-kenapa-perang-hewan-kadang-tak-masuk-akal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke