KOMPAS.com –- Kecocokan anatomi mamalia laut dalam bereproduksi jarang sekali mendapat perhatian untuk diteliti. Akibatnya, kita hanya memiliki sangat sedikit literatur terkait mamalia laut dan bagaimana kelamin berkembang sesuai dengan kebutuhannya.
Mengambil inisiatif itu, Dara Orbach dari Universitas Dalhousie di Kanada dan koleganya meneliti kelamin pejantan dan betina dari mamalia laut.
Mereka menggunakan kelamin yang diawetkan dari mamalia laut yang mati dengan wajar. Di antara lain adalah kelamin betina dan jantan dewasa porpoise, lumba-lumba hidung botol, lumba-lumba moncong pendek, dan anjing laut.
Penis dipompa penuh dengan mengunakan garam untuk membuatnya ereksi. Kedua alat kelamin juga diperbaiki dalam larutan formaldehida untuk menjaga bentuknya. Lalu, penis dimasukkan dan dijahit ke dalam vagina.
Kemudian, Orbach dan timnya menggunakan CT scan untuk mengetahui bagaimana penis bisa pas di dalam vagina, seberapa dalam ia mampu menembus, dan struktur apa saja yang bersinggungan.
"Meskipun kelihatannya penis ini pasti cocok dengan vagina saat berkopulasi, biomekanisme dan rincian kecocokan anatomis bisa sangat rumit dan jarang dieksplorasi," ujar Orbach seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (11/10/2017).
Selain itu, para peneliti menggunakan perangkat lunak untuk membuat model tiga dimensi dari kelamin berdasarkan 153 foto per spesimen. Ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana posisi penis di dalam vagina yang paling sesuai untuk pembuahan.
"Dari spesies yang diperiksa, kelamin mamalia laut jantan dan betina tampaknya berevolusi bersama," tulis para peneliti yang dipublikasi di jurnal Proceedings of the Royal Society B.
Dia melanjutkan, ujung penis atau bentuk pangkal bagian batang dan lumen vagina sangat menunjukkan adanya morfologi yang saling terkait. Kami mendapati adanya kongruen dan evolusi bersama yang belawanan dari alat kelamin mamalia laut pejantan dan betina.
Penelitian ini juga mengusulkan bahwa betina punya kemampuan untuk memilih kapan waktunya untuk meneruskan keturunan.
"Paus, lumba-lumba, dan porpoise memiliki lipatan vagina yang tidak biasa, spiral dan ceruk, yang harus ditelusuri oleh penis dan sperma untuk berhasil membuahi sel telur," ujar Orbach lagi.
Dengan menggerakkan tubuh mereka, mamalia laut betina bisa mengalihkan sperma ke dalam ceruk vagina yang rumit sehingga sperma tidak mempunyai kesempatan untuk membuahi telur.
Selain mengetahui bagaimana mamalia laut berkopulasi, metode yang digunakan dalam penelitian ini juga dapat diaplikasikan pada hewan lain untuk memprediksi sudut terbaik pembuahan dan menentukan kapan waktu kopulasi terbaik untuk reproduksi atau sekadar bersenang-senang.
https://sains.kompas.com/read/2017/10/16/160324323/bagaimana-para-peneliti-mengungkap-kama-sutra-lumba-lumba