GORONTALO, KOMPAS.com – Makam Raja Bulonggodu menyimpan misteri kehidupan masa lalu Gorontalo.
Makam ini diperkirakan sudah ada sebelum agama Islam hadir di lengan utara Pulau Sulawesi. Hal ini diperkuat dengan posisi makam yang membujur dari timur ke barat, bukan sebagaimana arah hadap makam-makam orang yang sudah memeluk agama Islam.
Makam Raja Bulonggodu berada di kebun warga. Di komplek ini, juga terdapat makam lain yang diperkirakan keluarga kerajaan.
Agak sulit untuk mencapai makam ini karena akses jalan yang terbatas. Satu-satunya penanda adalah papan situs yang dipasang oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo di pinggir jalan.
“Kami dan warga desa lainnya mengenalnya sebagai makam Raja Atinggola,” kata Arifin, Warga Desa Dunggala Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango, Rabu (11/10/2017).
Selain arah hadapnya yang berbeda, struktur beberapa makam ini dibangun menggunakan batu karang, bahkan ada struktur pagar yang mengelilingi juga menggunakan bahan yang sama. Bentuk pagar makam ini menyerupai bentuk mahkota yang sudutnya membentuk kerucut yang meninggi.
“Dari sisi sejarah, makam ini masih belum perlu riset panjang untuk mengungkap siapa yang dimakamkan,” kata Romi Hidayat, staf BPCB Gorontalo.
Meski demikian, dari segi bentuk dan bahan struktur, makam ini memiliki nilai tinggi. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai makam Raja Bulonggodu atau Blongkod. Raja ini dipercaya pernah memerintah Kerajaan Atinggola atau Bintauna.
“Struktur makam Raja Bulonggodu khas dan bernilai tinggi, ini jelas menandakan status sosial yang tinggi,” ujar Romi.
Dengan model struktur makam berundak, jika dibandingkan dengan makam serupa di luar Gorontalo, makam ini menunjukkan bentuk struktur yang ditinggikan dan mengindikasikan makam raja.
Keberadaan makam tua ini dikenalkan kepada peserta Jelajah Purbakala dari Pramuka Satuan Karya Widya Budaya Bakti Gorontalo. Anggota Pramuka ini melakukan penjelajahan ke situs-situs purbakala yang dikelola oleh BPCB Gorontalo.
https://sains.kompas.com/read/2017/10/11/200500323/makam-raja-bulonggodu-masih-menyimpan-misteri