Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hidup dengan Makan Daging Laboratorium, Khayalan atau Kenyataan?

KOMPAS.com -- Bulan Agustus lalu, miliarder pendiri Virginia Group, Richard Branson menulis di situs perusahaannya. Dia menceritakan soal investasinya di Memphis Meats dan mengungkapkan visinya mengenai masa depan makanan.

"Saya percaya bahwa dalam 30 tahun atau lebih, kita tidak perlu lagi membunuh hewan apa pun dan semua daging terbuat dari tanaman. Rasanya sama dan juga lebih sehat untuk semua orang. Membunuh hewan untuk makanan adalah sesuatu yang kuno," tulisnya dalam unggahan tersebut.

Branson adalah salah satu dari beberapa pemikir berpengaruh yang berinvestasi dalam sistem pangan berkelanjutan.

Branson tidak sendiri. Bersama dengan Bill Gates dan Cargill Inc, salah satu perusahaan pertanian terbesar di dunia, dia mendukung sebuah perusahaan start up bernama Memphis Meats.

Secara total, Memphis Meats sudah menerima dana sekitar 22 juta dollar AS atau sekitar Rp 297 miliar.

Memphis Meats sudah memproduksi daging ayam, daging sapi, dan juga daging bebek yang berasal sel punca hewan sehingga tidak lagi menggunakan hewan hidup.

Lalu, mengapa daging buatan ini penting bagi kehidupan planet kita?

Seiring dengan perubahan planet kita, Branson berpendapat bahwa menggunakan teknologi sangat penting untuk memuaskan hasrat kuliner manusia yang semakin meningkat. Alasannya tak lain adalah soal menyelamatkan lingkungan.

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menyatakan bahwa produksi pakan ternak menghabiskan 26 persen lahan di Bumi, sementara 13 miliar hektar hutan hancur karena digunakan sebagai lahan pertanian dan padang rumput setiap tahunnya.

Menurut World Watch Institute, 51 persen emisi gas rumah kaca global disebabkan oleh peternakan hewan. Emisi serta kerugian akan jauh berkurang jika manusia memilih daging 'buatan' daripada membunuh hewan untuk makanan.

Selain itu, daging yang dikembangkan di laboratorium juga dinilai lebih sehat karena bebas antibiotik, bakteri berbahaya, dan hormon pertumbuhan.

Hal ini bertepatan dengan hasil penelitian Badan Internasional untuk Riset Kanker (IARC) pada tahun 2015 yang mengelompokkan daging merah sebagai 'mungkin bersifat karsinogenik untuk manusia', sementara daging olahan masuk kategori sebagai 'bersifat karsinogenik bagi manusia'.

Meski masih menjadi perdebatan para ahli, apakah memang benar unsur hewani berpotensi menyebabkan kanker bagi manusia, mungkin sudah saatnya kita memikirkan alternatif lain dari mengonsumsi daging untuk masa depan planet.

Kini setelah mendapat kucuran dana, Memphis Meats berencana menambah rangkaian makanan yang dihasilkan dari suntikan dana baru.

Perusahaan start up ini juga berencana memperbaiki aspek lain, seperti bagaimana memproduksi makanan yang lebih cepat dan mengurangi biaya produksi.

https://sains.kompas.com/read/2017/10/11/080600223/hidup-dengan-makan-daging-laboratorium-khayalan-atau-kenyataan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke