Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Festival Rock Dilarang di Candi Prambanan?

KOMPAS.com –- Acara festival Jogjarockarta yang rencananya diadakan di halaman kedua Candi Prambanan pada 29-30 September 2017 batal digelar dan harus dipindahkan ke Stadion Kridosono, Yogyakarta.

Hal itu diputuskan setelah mempertimbangkan potensi kerusakan yang akan terjadi pada Candi Prambanan bila acara musik internasional itu tetap berlangsung.

Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Wiwin Djuwita Sudhana Ramelan megatakan, rekomendasi penghentian festival musik dilakukan berdasarkan kajian Balai Konservasi Borobudur terhadap Prambanan Jazz pada 20-21 Agustus 2017 lalu.

“Saya dapat laporan dari mereka. Kebisingan itu sudah di ambang batas. Apalagi musik rock, kan tidak ada musik rock yang tidak berisik,” kata Wiwin saat dihubungi, Jumat (29/9/2017).

Tingkat kebisingan musik Jazz dengan suara yang lebih tenang dari musik rock telah melebihi ambang batas yang ditentukan, yakni 60 desibel (dB). Tingkat getaran mencapai 0,04 mm/detik dengan ambang batas getaran untuk bangunan bersejarah sebesar 2 mm/detik. Lebih dari itu, struktur pengikat batu candi akan rusak.

Wiwin mengatakan, para arkeolog tidak ingin berspekulasi bila Jogjarockarta tetap digelar. Pasalnya, bukan tidak mungkin candi berusia lebih dari 1.100 tahun akan rusak akibat kebisingan festival musik tersebut.

“Bisa bikin retak. Kaca saja kena bising terus menerus bisa pecah. Itu candi tua, (jadi) tidak sekuat bangunan sekarang. Kami tidak mau berspekulasi. Borobudur kan sekarang sudah dibatasi kalau naik ke atas. Kita prinsipnya berkelanjutan. Jadi, jangan sampai rusak,” kata Wiwin.

Selain itu, pergelaran Jogjarockarta juga berpotensi melanggar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pasal 86 menyebutkan, pemanfaatan yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan wajib didahului dengan kajian, penelitian, dan/atau analisis mengenai dampak lingkungan.

Jogjarockarta awalnya akan digelar di halaman kedua Candi Prambanan. Di sana, terdapat 224 candi perwara. “Kalau rusak nanti status warisan budaya dunia dicabut oleh UNESCO,” kata Wiwin.

Di samping itu, halaman kedua candi merupakan situs sakral bagi umat hindu. Setiap tahunnya, umat Hindu merayakan Tawur Agung Panca Kelud Yama Raja, ibadah yang dilakukan menjelang Hari Raya Nyepi.

Menurut Wiwin, tidak menggelar konser di Candi Prambanan merupakan wujud toleransi antar umat beragama. “Coba banyangkan bila itu dilakukan di rumah ibadah lain, masjid atau gereja. Tentu akan sedih,” kata Wiwin.

Terakhir, Wiwin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak promotor festival. Menurut dia, pihak promotor memahami arti pentingnya warisan sejarah.

https://sains.kompas.com/read/2017/09/30/200600823/mengapa-festival-rock-dilarang-di-candi-prambanan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke