KOMPAS.com -- Seorang gadis berusia 16 tahun meninggal karena kondisi yang sangat langka bernama sindrom rapunzel. Remaja asal Inggris ini kehilangan kesadaran pada 7 September 2017. Dia lantas dibawa ke rumah sakit dan meninggal tak lama setelah itu.
Meski namanya terinspirasi oleh dongeng putri dengan rambut panjang, tetapi jangan salah, sindrom Rapunzel tidak memiliki akhir yang membahagiakan.
Lalu, apakah sindrom rapunzel itu? Kondisi ini terjadi ketika di dalam perut seseorang ditemukan gulungan rambut yang memiliki 'ekor' membentang hingga ke usus.
Gulungan rambut dalam jumlah yang banyak ini disebut trichobezoar. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti mual dan muntah. Ada kemungkinan bahwa trichobezoar bisa menyebabkan maag atau sakit di lapisan perut. Jika ada lubang atau luka di perut, bakteri dari gulungan rambut bisa masuk sehingga menyebabkan infeksi dan pembengkakan.
Namun dalam kasus remaja ini, gulungan rambut ini akhirnya menyebabkan kondisi yang disebut peritonitis, atau pembengkakan lapisan perut. Kondisi ini menyebabkan peradangan di seluruh tubuh dan membuat organ tubuh mati.
Dr Cathy Burnweit, kepala operasi anak di Rumah Sakit Anak-anak Nicklaus di Miami yang pernah menyingkirkan trichobezoars dari tubuh pasien membagikan pengalamannya. Berdasarkan kasus yang dia temui, gulungan rambut yang besar akhirnya mengeras setelah beberapa tahun.
"Trichobezoars kemudian dapat memblokir saluran usus besar seseorang sehingga menyulitkan seseorang untuk makan dan menyebabkan kekurangan gizi. Trichobezoars juga menyebabkan bau mulut." kata Burnweit.
Gulungan rambut itu perlu diangkat melalui prosedur operasi dan setelahnya, pasien memerlukan perawatan psikologis untuk mengatasi kebiasaan memakan rambuti.
Berawal dari gangguan psikologis
Kasus yang terbilang langka ini tentunya mengundang berbagai pertanyaan. Salah satunya, bagaimana bisa gulungan rambut itu sampai di perut seseorang? Ternyata, kasus ini merupakan rangkaian panjang dari sebuah kelainan psikologis.
Orang yang secara kompulsif menelan rambut mereka sendiri dikatakan memiliki gangguan kejiwaan yang disebut dengan trichophagia. Kelainan ini terkait dengan perilaku di mana seseorang memiliki dorongan yang tak tertahankan untuk menarik rambut mereka atau trichotillomania.
Gangguan menarik rambut, menurut Dr Katherine Philips, profesor psikiatri dan perilaku manusia di Alpert Medical School di Brown Unversity, berkaitan dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Namun, bila OCD ditandai dengan perilaku berulang, obsesif, serta kompulsif; gangguan menarik rambut seperti perilaku alami. Dengan kata lain, orang dengan kondisi tersebut tidak berpikir untuk menarik rambut, mereka melakukannya begitu saja. Jadi, gangguan menarik rambut ini jelas berbeda dengan kondisi di mana sesekali orang menarik uban mereka.
Orang dengan trichotillomania atau gangguan menarik rambut tidak bisa berhenti untuk menarik rambut mereka. Kondisi ini dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Mereka mungkin merasa malu karena mereka tidak dapat berhenti menarik rambut, atau mungkin malu akan kebotakan yang terjadi akibat dari kelainan ini.
Ganggun menarik rambut biasanya dimulai saat seseorang berusia 10-13 tahun. Bukan hanya di area kepala saja, orang bisa menarik rambut dari bagian tubuh manapun. Sekitar 90 persen orang dewasa dengan gangguan ini adalah perempuan. Begitu juga pada pasien yang lebih muda, sebagaian besar kasus masih terjadi pada perempuan.
Philips mencatat bahwa jenis terapi yang bisa dilakukan disebut dengan pelatihan pembalikan kebiasaan. Terapi ini cukup efektif untuk mengobati gangguan menarik rambut.
Dengan terapi ini, pasien diajak untuk menolak perilaku yang memicu mereka menarik rambut, seperti membuat kepalan tangan, menduduki tangan mereka sendiri, atau melakukan aktivitas seperti merajut.
https://sains.kompas.com/read/2017/09/22/160700523/kenali-kebiasaan-anda-menarik-rambut-bisa-jadi-kelainan-psikologis