Mumi itu merupakan jasad pria asal Korea Selatan bernama Jing Lee. Dia minggial pada usia 63 tahun pada 1642. Jasadnya digali dari tempat yang kini wilayah Cheongdo pada 2014 lalu.
Para peneliti lantas memindai mumi Lee dengan CT Scan dan mendapati adanya benjolan aneh pada bagian hati. Ternyata, isinya adalah telur coklat keemasan berukuran 85 mikrometer.
Para peneliti yang dipimpin Min Seo dari Dankook University College of Medicine, Korea Selatan, itu mengungkap, telur itu milik cacing pipih Paragonimus westermani.
Dilansir dari New Scientist pada Jumat (25/8/2017), P. westermani kemungkinan masuk dalam tubuh Lee saat ia memakan kepiting mentah dan udang air tawar.
Cara makan seperti itu lazim saat Dinasti Joseon (1392-1897) berkuasa. Kedua hewan itu dipercaya menjadi obat efektif untuk mengusir campak.
"Namun, saya tidak bisa mengatakan bagaimana kondisi patologis ini bisa menjadi penyebab kematian," kata Min Seo.
James Diaz dari the Louisiana State University Health Sciences Center di New Orleans yang tak terlibat riset mengatakan, infeksi P westermani seringkali tak memiliki gejala.
Parasit itu akan masuk menembus melalui lapisan usus dan bergerak di sekitar rongga peritoneum.
Lalu, P westermani akan bergerak menuju paru-paru atau hati hingga pada akhirnya membentuk kista berisi telur. Pada tahap ini, telur P westermani akan mencari rongga udara.
“Seorang pasien akan muntah darah," kata Diaz. "Itulah yang akhirnya membawa mereka ke dokter."
Dipublikasikan dalam Journal of Parasitology, kasus yang dialami Lee bukanlah yang pertama terjadi.
Meski menjadi penemuan tertua, sebelumnya telah ada temuan serupa pada mumi Korea Selatan.
Karl Reinhard dari University of Nebraska-Lincoln menyebutkan, dari 18 mumi yang diperiksa, semuanya terkonfirmasi membawa parasit.
https://sains.kompas.com/read/2017/08/30/181338823/mumi-korea-beri-petunjuk-tentang-tuanya-parasit-hati-manusia