KOMPAS.com –- Sekitar 11 tahun yang lalu, sebuah usaha penyelundupan blok batu hampir menghilangkan fosil dinosaurus berusia jutaan tahun. Untungnya, agen pabean Mongolia berhasil mencegahnya dan memberikannya kepada Institut Paleontologi dan Geologi Akademi Ilmu Pengetahuan Mongolia.
Fosil tersebut ternyata menyimpan informasi berharga dan merupakan bukti pertama adanya spesies dinosaurus yang tidur bersama-sama di satu tempat.
Walaupun belum diberi nama, hasil identifikasi menunjukkan bahwa fosil tersebut merupakan kelompok dinosaurus bipedal (berkaki dua) menyerupai burung yang dikenal sebagai oviraptoridae.
Dibanding ukuran dinosaurus pada umumnya, oviraptoridae ini termasuk kecil. Dari pinggul, tingginya sekitar satu meter, dan dari paruh ke ekornya burung ini hanya sekitar dua meter. Oviraptoridae ini juga memiliki paruh yang ompong. Bulu pada lengannya seperti sayap dan ekornya pendek dengan kipas bulu pada ujungnya.
"Spesies ini memiliki jengger bulat yang mirip dengan pelindung kepala kasuari (struktur kepala), jadi ini sangat tidak biasa," kata pemimpin penelitian Gregory Funston, seorang mahasiswa doktor ilmu biologi di University of Alberta di Kanada, seperti dikutip dari Live Science pada 25 Agustus 2017.
Spesimen yang mencakup spesies tersebut dari berbagai usia juga menjadi petunjuk adanya perubahan bentuk tubuh. Funston berkata bahwa sebagai contoh, saat dewasa jengger oviraptoridae ini tumbuh lebih besar dan ekornya relatif memendek.
Selain itu, fosil-fosil oviraptoridae juga ditemukan berkumpul pada satu blok batu dalam posisi tertidur. "Pemburu menggali blok kerangka yang fantastis dan berisi bagian dari tiga individu, dua di antaranya sangat lengkap. Mereka diawetkan dalam posisi berkumpul, yang menunjukkan bahwa mereka tertidur saat meninggal dan dikuburkan," kata Funston.
Berdasarkan posisi tersebut, para peneliti mendeduksi bahwa ini adalah bukti perilaku tidur komunal di zaman dinosaurus, di mana beberapa hewan dari satu jenis tidur bersama di malam hari.
Funston mengatakan, sulit mengetahui usia oviraptoridae tanpa tahu usia lapisan batu yang ditemukan. Untungnya, peneliti dari Jepang secara legal menggali spesimen dewasa spesies yang sama pada tahun 1998 dari Guriliin Tsav, di Mongolia barat daya. Usia batu itu mencapai 68 juta tahun.
Perilaku seperti burung
Oviraptoridae merupakan theropoda, garis keturunan dinosaurus yang menyebabkan evolusi burung. Maka, tak mengherankan jika burung juga tidur secara komunal.
Funston menuturkan, semua orang mungkin sudah tahu bahwa burung tidur secara komunal, tetapi tidak ada yang menyangka bahwa perilaku ini merupakan perilaku sosial yang komplek. Pada burung, perilaku ini terkait dengan hierarki sosial dan pembagian informasi antara individu dalam kelompok.
Meski demikian, belum ditemukan penjelasan pasti apakah perilaku sosial saat tidur komunal diwarisi dari nenek moyang burung dan oviraptoridae yang sama. Atau, perilaku itu didapatkan dari perkembangan evolusi yang terpisah karena menghadapi tekanan di lingkungan.
"Ini berarti burung dan oviraptoridae memiliki tekanan evolusioner dan perilaku yang serupa. Intinya, spesimen ini dapat membantu kita memahami bagaimana tidur komunal dimulai pada burung, dengan membandingkan cara burung dan oviraptoridae yang serupa," kata Funston.
Untuk saat ini, Funston dan rekan-rekan peneliti menduga bahwa oviraptoridae yang ditemukan merupakan satu keluarga. Namun, dia masih harus mengonfirmasikan hal itu dalam penelitian mendatang.
Hasil penelitian Funston bersama koleganya belum dipublikasinya dalam jurnal yang dinilai oleh rekan sejawat, tetapi mereka telah mempresentasikannya pada pertemuan Komunitas Paleontologi Vertebrata 2017 kemarin.
https://sains.kompas.com/read/2017/08/26/210400923/tidak-hanya-manusia-ada-dinosaurus-yang-kelonan-saat-tidur