KOMPAS.com -- Ilmuwan telah menemukan spesies katak baru yang tidak biasa di sebuah pegunungan Ghats Barat di India. Katak itu memiliki kulit mengkilap dan ungu, dengan lingkaran biru di sekitar matanya, serta bagian depan yang runcing dan mirip hidung babi.
Spesies yang baru ditemukan ini diberi nama katak ungu Bhupathy (Nasikabatrachus bhupathi), untuk menghormati rekan mereka, Dr Subramaniam Bhupathy, seorang herpetolog terhormat yang meninggal di Ghat Barat pada tahun 2014.
Jenis amfibi ini memang tampak aneh dan merupakan hasil dari evolusi bertahun-tahun yang tak terhitung jumlahnya. Mata kecil, moncong panjang, dan tungkai pendek yang keras memungkinkan katak jenis ini menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah tanah.
Faktanya, katak ungu memang tidak pergi ke permukaan untuk makan. Mereka justru menggunakan lidah yang panjang dan bergalur untuk mengambil semut dan rayap di bawah tanah.
Katak ungu Bhupathy memiliki relasi dengan katak ungu lainnya, N sahyadrensis, yang juga ditemukan di wilayah tersebut. Kedua spesies ini menjadi satu-satunya anggota kelompok yang diketahui.
"Garis keturunan katak ini sangat kuno, dan memiliki keanekaragaman yang sangat terbatas, jadi temuan ini sangat spesial dan tidak biasa," ungkap Elizabeth Prendini, ahli herpetologi di Museum Sejarah Alam Amerika dikutip National Geographic, Kamis (24/8/2017).
Berpasangan ketika hujan
Ada satu hal yang bisa membujuk katak ungu untuk keluar dari liang mereka. Penelitian yang sudah dipublikasikan dalam jurnal Alytes menyebutkan, saat musim hujan tiba, katak jantan mulai membuat seruan keras di sungai pegunungan.
Jantan kemudian akan kawin dengan betina di situ dan menyimpan telur yang telah dibuahi. Lalu, setelah satu atau dua hari, telur menetas dan menjadi kecebong.
Akan tetapi, tidak seperti kecebong dari banyak spesies katak lainnya, yang menghabiskan hari-hari mereka berenang di sekitar genangan air dan kolam, kecebong katak ungu mengembangkan mulut mereka menyerupai ikan penghisap.
Kecebong menggunakan mulut aneh mereka untuk menempel di batu di balik air terjun yang tercipta oleh hujan lebat. Mereka kemudian memakan rumput dengan gigi mungil mereka. Kecebong-kecebong ini akan bertahan di tebing selama 120 hari.
"Ini adalah spesies yang paling lama muncul di permukaan tanah selama masa hidupnya. Baru setelah fase larva, mereka akan menghabiskan hidup di bawah tanah," kata Karthikeyan Vasudevan, ahli biologi yang bergabung dalam penelitian ini.
Dunia katak yang luar biasa
Penemuan katak ungu ini juga merupakan bukti bagaimana menakjubkannya katak dalam beradaptasi. Jodi Rowley, ahli biologi amfibi di Museum Australia dan National Geographic Explorer mengungkapkan bahwa ada spesies katak di seluruh dunia yang bisa bersembunyi untuk mengindari kekeringan.
Namun, katak ungu Bhupathy punya cara hidup lain yang ekstrem dengan tinggal di bawah tanah. "Spesies katak ungu telah berkembang secara independen untuk waktu yang lama. Kerabat dekat mereka tidak berada di India tapi Seychelles, yang lebih dekat ke Afrika daripada India," katanya.
Secara keseluruhan, spesies baru ini menunjukkan betapa sedikitnya yang kita ketahui mengenai katak. "Meski menjadi salah satu kelompok binatang yang terancam punah di planet ini, kita masih belum tahu berapa banyak spesies katak dan amfibi lainnya. Semoga penemuan ini mengilhami generasi berikutnya untuk menemukan spesies baru lain," pungkas Rowley.
https://sains.kompas.com/read/2017/08/25/160851923/spesies-katak-baru-ditemukan-berhidung-mirip-babi-dan-berwarna-ungu