JAKARTA, KOMPAS.com -- Ada banyak mitos seputar kanker yang menyesatkan masyarakat. Salah satunya menyebutkan bahwa biopsi atau pengambilan jaringan untuk diagnosis dapat membuat tumor menjadi ganas.
Dikarenakan oleh mitos ini, banyak orang pun menjadi takut dan menolak pemeriksaan biopsy sehingga pengobatan menjadi terlambat.
Ditemui di acara konferensi pers Betadine Retro Run 2017 yang diadakan oleh Mundipharma, Bertadine, dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Jakarta, Rabu (23/8/2017); Prof Dr dr Aru Wisaksono Sudoyo, Sp PD-KHOM selaku Ketua YKI dan Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) berkata bahwa mitos ini sangat merugikan masyarakat.
Pada dasarnya, tumor atau benjolan ada dua macam, yakni yang jinak dan yang ganas. “Tumor jinak ini sel rusaknya terkumpul pada satu tempat dan tidak keluar dari bungkusnya, jadi kalau diambil beres. Tapi kalau yang ganas atau kanker ini (sel rusaknya) sudah berantakan dan menyebar,” ujarnya.
Dia pun menegaskan bahwa tumor jinak selamanya tidak akan berubah menjadi tumor ganas, meskipun dilakukan biopsi.
“Kadang ada yang lemaknya menjadi benjol. Kalau ini jinak, didiamkan saja juga tidak apa-apa, atau ambil sesuai keinginan. Miom (pertumbuhan sel tumor di dalam atau sekitar uterus yang tidak bersifat kanker) juga sama, tidak akan berubah ganas,” kata Prof Aru.
Namun, untuk mengetahui apakah sebuah tumor jinak atau ganas, pemeriksaan biopsi harus dilakukan. Tanpa diagnosis untuk mengetahui jenisnya, kanker tidak akan bisa diobati.
“Kalau tumor ternyata ganas atau kanker, itu berarti sudah ganas dari awal,” katanya.
https://sains.kompas.com/read/2017/08/23/210600223/jangan-percaya-mitos-biopsi-tidak-membuat-tumor-jadi-ganas