Sebuah riset berbasis pemodelan yang dilakukan oleh ilmuwan dari National Center for Atmospheric Research (NCAR) baru-baru ini memberi gambaran lengkap bagaimana hantaman asteroid bisa memusnahkan.
"Kepunahan hewan-hewan raksasa daratan terjadi akibat dampak langsung dari hantaman, tetapi hewan yang hidup di lautan atau mengubur diri bisa bertahan beberapa lama," kata Charles Bardeen dari NCAR.
Dalam studinya yang didukung oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Universitas Colorado, Bardeen fokus pada apa yang terjadi setelah dampak awal hantaman asteroid.
Sesaat setelah asteroid menghantam, tsunami, pemanasan di beberapa bagian bumi, dan letusan gunung berapi terjadi. Namun dampak jangka panjangnya belum diketahui.
Menggunakan Community Earth System Model (CESM), Bardeen menganalisis dampak jelaga sebesar 15 miliar ton akibat hantaman asteroid pada perubahan iklim.
Menurut hasil pemodelan itu, jelaga pada awalnya akan naik ke atmosfer dan memblokir sinar matahari yang seharusnya sampai ke bumi.
"Pada awalnya, dampaknya akan membuat siang hari di bumi cuma seperti malam yang diterangi bulan," ungkap Bardeen dalam pernyataan di situs Universitas Colorado.
Setelah setidaknya 6 bulan, jelaga mulai berkurang. Namun, tumbuhan tak serta merta bisa melakukan fotosintesis. Sebagian besar tumbuhan hilang terbakar saat asteroid menghantam.
Ekosistem laut merasakan dampak terbesar. Laut menjadi miskin fitoplankton sehingga hewan-hewan laut yang bertahan jadi kekurangan pangan dan oksigen.
Ilmuwan mengungkap, fotosintesis setidaknya tak bisa dilakukan dalam 1,5 tahun. Bahkan jika jumlah jelaga hanya sepertiga dari yang ada, fotosintesis tetap sulit dilakukan selama 1 tahun.
Berdasarkan simulasi itu, penurunan intensitas sinar matahari membuat suhu daratan berkurang 28 derajat Celsius dan suhu laut turun 11 derajat Celsius.
Sementara hantaman asteroid menyebabkan penurunan suhu di permukaan bumi, di ketinggian atmosfer, suhu justru meningkat.
Peningkatan suhu yang terjadi akibat jelaga menyerap panas matahari menyebabkan kerusakan lapisan ozon. Kerusakan dipercepat oleh reaksi uap air menghasilkan hidrogen.
Pemulihan baru terjadi ketika uap air perlahan menghilangkan jelaga. Itu pun berlangsung selama bertahun-tahun.
Ketika jelaga mulai hilang, suhu di atmosfer turun. Uap air berubah menjadi kristal es, membersihkan lebih banyak jelaga.
Menurut ilmuwan, hantaman asteroid pada masa dinosaurus menyebabkan bumi mengalami hari tanpa siang selama 2 tahun.
Dalam studi ini, ilmuwan hanya memasukkan kontribusi jelaga pada perubahan iklim, belum sulfur dan zat kimia lain yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi.
Meski demikian, studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada Senin (21/8/2017) ini diharapkan bisa memberi gambaran tentang apa yang terjadi pada masa kepunahan dinosaurus.
Bardeen juga mengatakan, apa yang terjadi pada masa dinosaurus bisa memberi gambaran soal dampak perang nuklir, bila suatu saat terjadi.
"Jelaga tetap akan mempengaruhi iklim dengan cara yang sama, mendinginkan permukaan dan memanaskan bagian atas atmosfer, dan berpotensi menghancurkan kehidupan," jelasnya.
https://sains.kompas.com/read/2017/08/22/185647923/inilah-gambaran-bencana-besar-akibat-asteroid-pada-masa-dinosaurus