Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 9 Agustus 2017 lalu mengungkap, gigi itu merupakan milik manusia modern awal dari berusia antara 73.000 - 63.000 tahun lalu.
Itu berarti, manusia telah ada di nusantara tak lama setelah letusan besar Toba terjadi, sekitar 74.000 tahun lalu.
EW Saptomo, arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional yang ikut berperan dalam penelitian ini mengatakan, gigi tersebut "yang jelas adalah manusia modern tertua di Indonesia."
Dihubungi Kompas.com, Jumat (18/8/2017), ia mengungkapkan, manusia modern tertua yang diketahui sejauh ini berumur 45.000 tahun dan dijumpai di bagian Indonesia yang lebih ke timur.
Penemuan ini jika benar mengubah waktu kedatangan manusia di nusantara setidaknya 30.000 tahun lebih awal dari yang diduga.
Kira Westaway, arkeolog dari University of Sydney yang memimpin riset, juga menuturkan, gigi itu menjadi petunjuk bahwa manusia sudah bisa sintas di hutan hujan tropis lebih awal.
"Hutan hujan adalah lingkungan hidup yang sulit. Manusia modern butuh inovasi teknologi dan kemampuan berburu yang canggih untuk bisa sintas," ungkapnya seperti dikutip Newsweek, mingu lalu.
Sampel gigi di Lida Ajer sebenarnya tak sepenuhnya baru. Paleoantropolog dari Belanda, Eugene Dubois, telah menjelajah Lida Ajer dan menemukannya pada tahun 1890.
Tahun 1948, arkeolog Belanda DA Hooijer tertarik dengan fosil gigi itu dan berusaha mengidentifikasinya. Dari ukuran, gigi itu mirip milik manusia. Namun, Hooijer belum bisa memastikan.
Sejak saat itu, peneliti punya banyak dugaan. Ada yang menduga gigi tersebut milik orangutan atau primata lainnya.
Kira dan timnya yang juga terlibat riset di Liang Bua, Flores, lantas memakai pendekatan baru untuk menganalisis sampel gigi Lida Ajer.
Mereka menganalisis enamel (lapisan pelindung gigi), ketebalan enamel, dan membandingkan sampel dengan gigi jenis lain.
Peneliti menemukan, gigi lebih kecil dari milik orangutan dan Homo erectus serta Homo sapiens dari wilayah Indonesia bagian timur, tetapi mengonfirmasi bahwa gigi itu milik manusia.
Dengan menganalisis stalagtit dan melakukan penanggalan uranium, Kira dan timnya memperkirakan, gigi itu berumur 63.000 - 73.000 tahun.
"Menemukan gigi ini seperti menemukan bagian teka-teki penyebaran manusia yang hilang di wilayah itu," kata Kira.
Saptomo menuturkan, riset ini jika tak berujung perdebatan akan segera memperkaya pemahaman tentang penyebaran manusia di nusantara dan hutan hujan.
Namun, ia mengatakan, "penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk memahami gigi tersebut sesuai konteksnya."
Konteks dalam arkeologi menurutnya penting. Fosil bisa dinyatakan lebih muda atau lebih tua dari yang sebenarnya jika konteksnya tak tepat.
https://sains.kompas.com/read/2017/08/18/200000523/manusia-pertama-penghuni-indonesia-diungkap-gigi-ini-jejaknya