KOMPAS.com –- Masyarakat kuno terkadang memiliki teknologi “canggih” untuk menjelaskan berbagai fenomena di Bumi. Untuk mengungkap gerhana matahari, misalnya, astronom Yunani kuno mengembangkan alat canggih berupa kotak bergerigi yang disebut mekanisme Antikythera.
Kotak tersebut ditemukan pada tahun 1990 dalam kapal kuno yang karam di Pulau Antikythera. Para peneliti menduga bahwa kapal itu tenggelam sekitar 2.000 tahun yang lalu dalam perjalanan antara Roma dan Asia Kecil.
Berukuran layaknya kotak sepatu, “komputer super” itu punya 30 roda gigi dari perunggu dan terdiri dari berbagai tombol. Sayangnya, saat ditemukan kotak itu tak lagi berbentuk utuh, melainkan terfragmentasi menjadi puluhan keping.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kotak bergerigi digunakan oleh para astronom kuno untuk mengetahui posisi matahari, bulan, dan bintang di waktu tertentu. Dengan menggunakan pencitraan 3D, beberapa teks yang berada di dalam kotak berhasil diungkap dan dipublikasikan pada jurnal Almagest.
“Sebelumnya, kita bisa melihat kata-kata yang terisolasi, tapi ada banyak gangguan - huruf-huruf yang tidak bisa dibaca atau kekosongan di dalam teks," kata Alexander Jones, seorang profesor sejarah sains di New York University.
“Sekarang, kita memiliki sesuatu yang sebenarnya bisa Anda baca sebagai bahasa Yunani kuno. Kita dapat mengetahui apa yang teks-teks ini katakan kepada pengamat kuno," ujarnya lagi.
Dilansir dari Live Science 15 Agustus 2017, kotak bergerigi tersebut memiliki grafik zodiak di bagian depan yang menunjukkan pergerakan planet melalui rasi bintang yang berbeda.
Dalam publikasi di jurnal Plos One, para peneliti melaporkan bahwa tombol dan alogaritma pada kotak bergerigi digunakan untuk memprediksi gerhana. Lalu, spiral empat putaran di dalam kotak menunjukkan gerhana dengan menggunakan simbol.
Simbol tersebut menunjukkan waktu dan jenis gerhana yang akan terjadi. Gerhana bulan, misalnya, dilambangkan dengan simbol Σ yang merupakan singkatan dari dewi bulan ΕΛΗΝΗ (Selene). Sementara itu, gerhana matahari dilambangkan dengan H, kependekan dari dewa matahari ΗΛΙΟΣ (Helios).
Tak berhenti sampai di situ, mekanisme Antikythera juga mengungkap karakteristik gerhana, antara lain jumlah obskurasi, diameter sudut bulan (sudut yang ditutupi oleh diameter bulan purnama), dan posisi bulan saat gerhana terjadi.
Meskipun arti dari gerhana bagi budaya Yunani kuno belum diketahui dengan pasti, penemuan mekanisme Antikythera menunjukkan bahwa gerhana memiliki posisi yang penting gerhana bagi peradaban tersebut.
Sejarawan kuno Herodotus, misalnya, pernah mengklaim bahwa gerhana Thales pada 585 SM menghentikan perang antara raja Media, Cyaxares, dan raja Lydia, Alyattes. Kegelapan yang timbul menjadi tanda bahwa perang harus diakhiri.
https://sains.kompas.com/read/2017/08/17/160700323/dibuat-2.000-tahun-lalu-komputer-super-prediksikan-gerhana-matahari