Pernyataan itu bisa dibuktikan lewat hasil riset peneliti dari Universitas Liverpool dan Natural History Museum, Inggris, di hutan Borneo.
Hannah Griffith dan timnya meneliti peran semut dalam rantai makanan dan energi di dasar hutan tropis. Hasil riset itu mencengangkan.
Semut yang kecil ternyata bertanggung jawab pada setengah proses dekomposisi sampah di dasar hutan. Sampah yang diuraikan oleh semut berupa tubuh mayat hewan, biji-bijian, dan buah busuk.
"Semut mengoleksi sampah dan membawanya ke sarangnya. Dengan cara itu mereka menciptakan hotspot nutrien di mana mikroba dan tumbuhan bisa menyerapnya, mempertahankan kesehatan tanah," urai Griffith.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Animal Ecology minggu lalu tersebut menyimpulkan, tak ada hewan yang bisa berperan sebesar semut dalam penguraian sampah.
Dari hasil riset itu, kita bisa berandai-andai: Apa yang mungkin terjadi jika semut hilang dari hutan tropis Kalimantan?
Jawabannya, sampah organik di dasar hutan akan menumpuk. Penguraian akan berlangsung lebih lambat sehingga hutan tropis Kalimantan tak akan sesubur saat ini.
Griffith seperti dikutip Physorg, Rabu (9/8/2017) mengungkapkan, studi tentang peran semut penting sebab wilayah hutan tropis telah terdegradasi dengan cepat.
"Hasil riset ini memungkinkan kita memprediksi konsekuensi hilangnya spesies dan menciptakan pengukuran untuk mitigasi dampak negatif aktivitas manusia pada lingkungan," ungkapnya.
https://sains.kompas.com/read/2017/08/14/194845023/apa-yang-terjadi-jika-hutan-kalimantan-tak-punya-semut-