KOMPAS.com -- Masih ingat dengan kisah seorang remaja di Australia yang kakinya terus mengeluarkan darah setelah berendam dalam air seusai berenang di pantai?
Remaja yang bernama Sam Kanizay tersebut mengaku tidak merasakan hal aneh ketika berendam sampai sedalam pinggang di Pantai Brighton dekat rumahnya di Kota Melbourne selama kira-kira setengah jam.
Namun ia sampai ke rumah dalam keadaan "mengucurkan darah dengan deras".
"Terlihat seperti luka-luka akibat peperangan... Seperti akibat suatu serangan granat. Penuh berlumur darah," kata Jarrod Kanizay, ayah Sam, kepada BBC.
"Kami membasuhnya namun darahnya kembali muncul dengan segera. Tidak ada pembekuan sama sekali. Jadi terus saja berdarah dan berdarah," lanjutnya.
Penyebab serangan yang dialami Sam Kanizay tidak dapat diidentifikasi dua rumah sakit setempat.
Apa penyebabnya?
Lantaran penyebab luka seukuran tusukan-tusukan jarum pada kaki anaknya tidak diketahui, Jarrod Kanizay memutuskan untuk menyelidiki dan kembali ke pantai.
"Saya mengumpulkan makhluk-makhluk aneh ini dari tempat yang sama dengan menjebak mereka di dalam jaring dan saya sendiri berdiri dalam air," katanya.
"Kami memperoleh ribuan serangga-serangga kecil seperti tungau ini yang lalu dikirim ke para ahli."
Kanizay kemudian mengirim sampel serangga-serangga itu ke ahli biologi kelautan di Museum Victoria.
Ahli biologi kelautan, Dr Genefor Walker-Smith, yang melihat beberapa sampel tersebut, mengatakan kepada koran Herald Sun bahwa serangga-serangga ini kemungkinan adalah amphipod bernama latin lysianassid amphipods, atau lalat laut.
Akan tetapi, pakar lainnya, Dr Murray Thomson dari University of Sydney, meyakini makhluk itu termasuk isopod dari krustasea, keluarga binatang air yang berkulit keras seperti udang dan kepiting. Hewan yang menyerang Sam Kanizay dipercaya adalah cirolana harfordi.
Apa makhluk-makhluk ini?
Amphipod umumnya menyantap bangkai hewan laut, seperti ikan dan kepiting. Mereka sendiri adalah santapan hewan laut lainnya yang lebih besar.
"Jika tidak ada mereka, laut akan penuh dengan bangkai ikan dan bangkai burung," ujar Dr Genefor Walker-Smith kepada Australian Broadcasting Corp.
Dr Thomson mengatakan isopod biasanya menyantap bangkai ikan dan cacing laut.
Baik amphipod maupun isopod aktif pada malam hari.
Mengapa serangan terjadi?
Serangan itu amat mungkin terjadi karena gabungan beberapa faktor, termasuk waktu ketika insiden berlangsung dan air dingin yang membuat kulit Sam agak kebal.
Remaja itu mengaku baru merasakan sakit seperti ditusuk-tusuk jarum setelah 30 menit berendam.
Akademisi dari Monash University, Richard Reina, mengatakan kasus yang menimpa Sam tidak biasanya terjadi.
"Potensi Anda mengalami cedera seperti Sam hanya ketika Anda digigit ratusan hingga ribuan makhluk tersebut," kata Reina kepada BBC.
"Kecuali Anda kebal, (biasanya) Anda langsung sadar dan keluar dari air sebelum itu terjadi," lanjutnya.
Dr Walker-Smith menduga Sam mengganggu makhluk-makhluk itu saat mereka sedang makan atau berkegiatan.
Mengapa pendarahan terjadi terus-menerus?
Sam dan keluarganya perlu waktu lama untuk menghentikan pendarahan. Bahkan, pada Senin (07/08) atau dua hari setelah kejadian, darah masih menetes.
Reina mengatakan hal itu mungkin terjadi karena Sam mengalami kerusakan pada bagian dalam tubuhnya akibat gigitan kecil para hewan.
Dia mengibaratkan kejadian yang menimpa Sam dengan gigtan nyamuk atau kutu.
"Bayangkan lengan Anda terpapar dan ratusan nyamuk menggigitnya tanpa Anda sadari untuk suatu alasan tertentu. Maka hewan itu mungkin bisa menyebabkan luka-luka yang juga signifikan," ujarnya.
Haruskah ada peringatan?
Menurut para pakar, insiden yang menimpa Sam tidak perlu menimbulkan kecemasan. Insiden itu, kata mereka, adalah "kebetulan yang malang" bagi Sam.
Dr Walker-Smith mengatakan orang lain amat mungkin mengalami gigitan pada skala yang lebih kecil dan gangguan ringan.
https://sains.kompas.com/read/2017/08/09/200500423/mengenal-amphipod-yang-menggerogoti-kaki-remaja-australia