KOMPAS.com -- Debu kosmik atau mikrometeorit ada di mana saja. Partikel-partikel yang berasal dari supernova, asteroid, dan komet ini selalu berjatuhan ke bumi.
Namun, menurut para ilmuwan, menemukan debu kosmik di tempat-tempat yang banyak penduduknya adalah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.
Pasalnya, debu kosmik berukuran sangat-sangat kecil, yakni sekitar 300 mikron atau 0,3 milimeter. Lalu, kotoran yang dibuat oleh manusia juga membuat pencarian partikel ini semakin sulit.
Alhasil, untuk mencarinya, para peneliti pun harus pergi ke Antartika atau daerah terpencil lainnya.
Akan tetapi, seorang musisi jazz Norwegia dan ilmuwan amatir, Jon Larsen, membuktikan bahwa debu kosmik bisa ditemukan di tengah kota.
Larsen memulai penelitiannya dengan mengidentifikasikan fitur-fitur unik yang terjadi ketika debu kosmik melewati atmosfer bumi, yakni meleleh dan memadat kembali.
Setelah itu, ilmuwan amatir ini mulai mencari mikrometeorit di kota-kota besar di tujuh benua. Dia mengumpulkan lumpur yang menumpuk di atap rumah, menyaringnya, dan menggunakan magnet untuk mengeluarkan partikel-partikel debu kosmik.
Setelah menemui banyak peneliti, Larsen akhirnya mendapatkan bantuan dari Matthew Genge, seorang peneliti planet di Imperial College London, yang setuju untuk memeriksa ke-48 partikel yang ditemukannya.
Ternyata, Larsen benar-benar berhasil menemukan debu kosmik.
"Jon adalah orang yang melihat melalui mikroskop. Dia mengamati ratusan atau bahkan ribuan partikel hanya untuk menemukan satu mikrometeorit," kata Genge.
Kini, kisah Larsen dipublikasikan dalam sebuah buku yang berjudul In Search of Stardust: Amazing Micrometeorites and Their Terrestrial Imposters.
https://sains.kompas.com/read/2017/08/03/081100723/kisah-ilmuwan-amatir-yang-menemukan-debu-kosmik-di-tengah-kota