KOMPAS.com – Masih ingat dengan film animasi Finding Nemo? Dalam film yang dirilis pada tahun 2013 silam tersebut, seekor ayah ikan badut, Merlin, harus berpetualang menyeberangi lautan demi mencari anaknya, Nemo, yang hilang.
Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan adanya kesalahan fatal dalam penulisan film tersebut oleh Pixar Animation Studios.
Dipresentasikan dalam 50th Anniversary Symposium of the Fisheries Society, para peneliti dari CRIOBE mengungkapkan bahwa ikan badut jantan atau anemon, yang biasanya ditandai dengan warna oranye dan garis-garis biru-putih, berubah menjadi betina untuk melindungi teritori dan anak-anaknya.
Hal ini karena betina dalam spesies ini lebih besar dan agresif daripada pejantan. Mereka juga dikenal pemberani dan mampu melawan hiu. Bila sang ayah bertugas untuk merawat telur-telurnya, ibu ikan badut justru bertugas sebagai penjaga yang menyisir teritori, mengeluarkan peringatan, dan menyerang predator yang mendekat.
Berbicara di hadapan para pakar biologi di University of Exeter, Dr Suzanne Mills, seorang pakar biologi evolusi dari École Pratique des Hautes Études, CRIOBE , mengatakan, ikan anemon tidak pernah pindah dari anemon mereka semasa hidupnya.
“Individu terbesar dalam satu teritori adalah betinanya, dan jika betina ini mati atau dimakan oleh hewan lain, pejantan yang dalam kasus ini adalah ayah Nemo kemudian berubah jenis kelamin dan menjadi betina yang bereproduksi,” katanya.
Jadi, bisa dibilang bahwa ketika Nemo berhasil kembali ke anemonnya di akhir film, dia tidak bertemu ayahnya, melainkan ibunya. Lalu, Merlin seharusnya telah berpasangan dengan pejantan yang lebih muda dan menghasilkan banyak telur.
Namun, perubahan dari jantan menjadi betina tidak terjadi begitu saja. Bersama dengan Dr Ricardo Beldade, seorang pakar biologi kelautan di Centre National de la Recherche Scientifique, CRIOBE, Dr Mills mendeteksi adanya perubahan perilaku, fisik, dan hormon pada ikan badut setelah melakukan penelitian di daerah Moorea, Polinesia Perancis selama beberapa tahun.
“Perlu ada banyak perubahan hormon sebelum (ikan badut) berubah menjadi betina. Ketika sang pejantan berubah kelamin, pejantan yang paling besar dalam anemon tersebut kemudian menjadi pasangan barunya untuk menghasilkan telur,” ujarnya.
Dr Beldade menambahkan, berkat perubahan kelamin ini, individu yang sama bisa memiliki kesempatan untuk bereproduksi sebagai pejantan dan betina. Pasangan (anemon) melindungi anemonnya bersama-sama dengan caranya masing-masing. Oleh karena itu, mereka saling membutuhkan untuk bertahan hidup dan bereproduksi.
https://sains.kompas.com/read/2017/07/25/220255823/inilah-yang-terjadi-bila-film-finding-nemo-sesuai-kenyataan