Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah DNA Menentukan Kepribadian dan Bakat Anda?

Kompas.com - 17/06/2017, 16:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Hingga kini, masyarakat masih mengenal tes genetika sebagai metode untuk menelusuri nenek moyang dan potensi penyakit mereka.

Namun, Map My Gene, sebuah perusahaan tes genetika dari Amerika Serikat yang baru hadir di Indonesia, mengklaim bahwa Tes Genetik Bakat Bawaan Lahir mereka memiliki akurasi hingga 95 persen dalam memprediksikan 46 potensi umum anak melalui DNA.

Ke-46 potensi umum tersebut termasuk kepribadian, bakat artistik, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kemampuan olahraga, kepekaan, kesehatan fisik, dan identifikasi kecanduan.

Dengan kata lain, Map My Gene berkata bahwa melalui pemetaan DNA, Anda akan bisa mengetahui apakah anak Anda orang yang optimis, pemalu, hiperaktif, memiliki memori yang kuat, kreatif, penyayang, memiliki semangat, dan lain-lain.

Kartina Lydiawati, Marketing Communication Map My Gene Indonesia, mengatakan dalam siaran pers, setiap manusia dilahirkan dengan genetika yang berbeda. Genetika mengandung informasi esensial tentang potensi suatu individu terhadap intelegensi, di mana dapat diketahui melalui tes ini sehingga dapat menjadi solusi untuk menemukan bakat terpendam kita.

Walaupun terdengar mengherankan, ide pengaruh gen terhadap kepribadian dan bakat seseorang bukanlah barang baru dalam dunia sains.

Minnesota Twin Family Study, misalnya. Dalam studi tersebut, para peneliti dari University of Minnesota yang dipimpin oleh Thomas Bouchard mempelajari 137 saudara kembar selama 20 tahun dari tahun 1979 hingga 1999 untuk mencari pengaruh gen pada  kepribadian, kepercayaan, tingkat intelegensi, perilaku, dan gaya hidup mereka.

Kerja keras para peneliti selama 20 tahun tersebut kemudian menghasilkan 170 publikasi yang berfokus pada karakteristik medis dan psikologi yang berbeda-beda.

Secara umum, para peneliti menemukan bahwa 50 persen dari kepribadian kita diturunkan melalui gen, termasuk ketaatan terhadap otoritas, kerentanan terhadap stres, dan keinginan untuk mengejar risiko. Bahkan, menurut para peneliti, IQ kita pun 70 persen dipengaruhi oleh genetik dan 30 persen oleh lingkungan.

Namun, tunggu dulu. Professor Tim Spector yang mempelajari saudara kembar identik di King’s College London selama 20 tahun terakhir memiliki pendapat berbeda. Profesor Spector meyakini bahwa perubahan lingkungan memiliki efek yang lebih besar daripada genetika seseorang, bahkan untuk IQ yang menurut para peneliti Minnesota, 70 persennya bergantung pada genetika.

Professor Spector berkata bahwa angka ini merupakan rata-rata. “Jika Anda pergi ke Harvard, angka ini di atas 90 persen. Mengapa? Karena mereka yang belajar di Harvard berasal dari kelas menengah ke atas dengan kesempatan edukasi yang sangat baik. Sementara itu, jika Anda ke Detroit di mana kemiskinan dan narkoba umum ditemukan, tingkat pewarisan IQ turun ke nol persen,” ucapnya seperti yang dikutip dari The Guardian 19 Maret 2015.

Menanggapi studi Minnesota, Professor Spector berkata bahwa ketika Anda mempelajari saudara kembar, hal pertama yang akan Anda sadari adalah kesamaan mereka, mulai dari postur hingga cara tertawa mereka. Namun, bila Anda berhenti mencari persamaan tersebut dan benar-benar mendengarkan cerita mereka, Anda akan melihat perbedaan mereka juga yang sama banyaknya.

Pendapat Professor Spector pun dibenarkan dengan apa yang terjadi ketika para jurnalis mewawancarai saudara kembar yang menjadi partisipan dalam studi Minnesota.

Pada awalnya, para jurnalis hanya berfokus pada saudara-saudara yang luar biasa mirip dan berpendapat bahwa genetika memiliki pengaruh yang luar biasa pada kepribadian dan jalan hidup seseorang. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menemukan bahwa saudara-saudara tersebut adalah minoritas, dan mayoritas saudara kembar tidak semirip yang mereka bayangkan.

Bouchard sendiri mengakui bahwa kemiripan yang luar biasa dalam studinya merupakan anomali. “Mungkin pengaruh genetika memang ada pada sebuah aspek dari perilaku manusia, tetapi penekanan terhadap karakteristik yang sama saja tertentu menyesatkan,” ucapnya seperti yang dikutip dari artikel Washington Post 11 Januari 1998.

Dia melanjutkan, secara rata-rata, anak kembar yang dibesarkan terpisah mirip sekitar 50 persen. Hal ini mengalahkan kepercayaan sebelumnya bahwa mereka salinan yang persis satu sama lain. Tentu tidak. Mereka memiliki keunikan masing-masing.

Jadi, walaupun Map My Gene dan perusahaan-perusahaan tes genetika lainnya tidak akan bisa memprediksikan jati diri dan jalan hidup anak 100 persen, setidaknya rata-rata 50 persen adalah angka yang cukup baik untuk digunakan sebagai patokan awal kepribadian dan bakat anak hingga lingkungan mengerahkan pengaruhnya.

(Baca juga: 5 Mutasi Gen yang Bisa Jadikan Kita Manusia Super)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau