KOMPAS.com -- Gadis muda bernama Annelies Marie Frank atau Anne Frank tidak akan pernah menyangka jika buku harian yang ia tulis 75 tahun lalu nantinya dibaca dan menginspirasi jutaan orang.
Ketika mulai menulis, ia hanya seorang remaja yang ingin menuliskan pengalaman hidupnya selama bersembunyi dari kejaran Nazi dalam sebuah buku harian, sebuah pengalaman yang ia alami di masa suram bernama Holocaust di mana genosida atau pembunuhan massal terhadap orang yahudi dan kelompok lain terjadi.
Senin (12/6/2017) lalu, publik kembali mengenang 75 tahun tulisan Anne Frank untuk pertama kali dalam buku hariannya.
"Anne Frank dan buku hariannya merupakan titik masuk pertama ke dunia Holocaust yang rumit. Ada kisah pribadi yang sangat menarik dan juga menawarkan wawasan tentang periode yang sangat gelap dalam sejarah manusia," kata Edna Friedberg, sejarawan dari Lembaga Pendidikan Holocaust Levine di Museum Peringatan Holocaust Amerika Serikat seperti dikutip dari Live Science, Senin (12/6/2017).
"Dia menjadi ikon dari lebih 1 juta anak Yahudi yang dibunuh selama Holocaust," lanjut Friedberg.
Friedberg juga menambahkan jika buku harian yang kemudian dibukukan ini mudah diakses oleh pembaca muda karena ditulis oleh seorang remaja juga.
"Ini adalah salah satu dari banyak buku harian anak-anak dan remaja yang kita miliki dari era Holocaust," imbuhnya lagi.
Kisah buku harian Anne Frank sendiri bermula antara tahun 1942-1944. Sebelum tertangkap oleh Nazi, Anne bersama orangutuanya serta empat orang Yahudi Belanda bersembunyi di sebuah loteng yang tersembunyi di balik kantor bisnis keluarganya di Amsterdam.
Hari-hari persembunyiannya ia catat dalam sebuah buku harian yang merupakan hadiah ulangtahunnya. Tulisan pertamanya tertanggal 12 Juni 1942.
Anne mencatat bagaimana ketegangan serta bahaya yang dihadapi keluarganya. Namun, bukan hanya soal kehidupan sehari-hari saja, ia juga menceritakan bagaimana pemikirannya sebagai orang muda serta idealismenya. Terselip juga cerita humor, momen kelembutan serta harapan untuk menghadapi kenyataan di antara masa-masa sulit tersebut.
Pada tahun 1944, setelah hampir 2 tahun bersembunyi, siaran radio Belanda yang disiarkan dari London menyarankan buku harian yang disimpan selama perang dikumpulkan dan diarsipkan untuk masyarakat Belanda.
Menurut situs Anne Frank House, Anne yang mendengarkan siaran itu terinspirasi untuk mengerjakan ulang buku hariannya dan menjadikannya sebagai novel. Meski ia sempat meragukan kemampuannya untuk menulis, tetapi Anne sudah membayangkan ketika perang usai ia akan menerbitkan buku itu.
Akan tetapi, apa dikata, ia tidak pernah mendapatkan kesempatan itu. Pada tanggal 4 Agustus 1944, Anne beserta keluarga dan teman-temannya dalam persembunyian ditangkap oleh petugas Gestapo, polisi rahasia Nazi.
Mereka kemudian dikirim ke Auschwitz, sebuah kamp tahanan di Polandia. Anne dan saudara perempuannya kemudian dipindahkan ke Bergen-Belsen, kamp tahanan lainnya di Jerman. Ditempat inilah Anne yang berusia 16 tahun dan saudaranya meninggal karena tifus pada tahun 1945.
Dokumen baru yang ditemukan mengungkapkan, sewaktu di persembunyian Otto Frank, ayah Anne sempat berhubungan dengan beberapa pihak di A.S untuk mendapatkan visa untuk keluarganya. Namun sayang, visa itu tidak diterima tepat waktu.
Buku harian Anne Frank diterbitkan di Belanda pada tahun 1947 dan kemudian menyusul edisi bahasa inggris pada tahun 1952. Pada tahun 1969, buku hariannya sudah diterbitkan dalam 34 bahasa dan saat ini telah tersedia dalam 70 bahasa.
(Baca juga: Dokumen Holocaust Ditemukan di Balik Dinding Apartemen di Budapest)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.