KOMPAS.com -- Ikan bernama tubelip wrasse (Labrichthys unilineatus) punya cara yang tidak biasa untuk berburu mangsanya. Ia menggunakan ciuman mautnya sebagai bagian dari strategi untuk mendapatkan makanan.
Tubelip wrasse merupakan salah satu ikan yang hidup di antara terumbu karang. Mereka tinggal di Samudra Hindia dan bagian tertentu Samudra Pasifik.
Baru-baru ini, para peneliti mengungkapkan dalam jurnal Current Biology bahwa ikan ini merupakan spesies yang mampu mengonsumsi menu makanan paling sulit di planet ini, yakni karang.
(Baca juga: Bak Ular, Ikan Hias Indonesia Ini Mampu Suntikkan Bisa)
Karang sendiri merupakan organisme laut yang tertutup lendir, mengandung sel-sel berbahaya, dan dilengkapi dengan kemampuan untuk menyengat pada sekujur tubuh mereka .
Dari 6.000 spesies ikan yang hidup di terumbu karang, tercatat hanya sekitar 128 spesies saja yang memakan karang, termasuk ikan tubelip kuning dan ungu.
Namun, cara mereka memakan menu yang berbahaya ini masih menjadi misteri.
Untuk mengetahui bagaimana proses makan mereka, para peneliti kemudian menggunakan mikroskop elektron untuk memindai struktur bibir tubelip wrasse yang berdaging dan tampak pucat
Hasilnya, bibir ikan yang tebal dengan panjang sekitar 18cm tersebut terbuat dari rangkaian lipatan tipis yang rapat, seperti bagian bawah jamur, dan tertutup lendir.
"Sepengetahuan kami, jenis bibir ini belum pernah tercatat sebelumnya," kata James Cook, ahli biologi kelautan David Bellwood University seperti yang dikutip dari Reuters. Senin (5/6/2017).
(Baca juga: Bisa Berjalan Seperti Hewan Darat, Ikan Ini Buktikkan Kebenaran Teori Evolusi)
Peneliti juga menemukan bahwa ikan mendekati karang secara perlahan, memeriksa permukaannya, dan menjulurkan rahangnya. Ikan kemudian menghisap dengan tenaga penuh saat melakukan kontak dengan karang selama dua per 100 detik.
Dalam waktu yang singkat tersebut, ikan menyedot daging dan lendir karang dari kerangka koral. Alih-alih tersengat, ikan tubelip wrasse malah melenggang santai. Sebab, mantel lendir akan melindungi bibir ikan ini dari sengatan sel karang.
"Sebuah ciuman kilat dengan suara 'tuk' yang khas meninggalkan bekas pada koral yang dagingnya disedot ikan," kata Victor Huertas, ahli biologi kelautan dari James Cook University, Australia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.