KOMPAS.com -- Beberapa tahun belakangan, himbauan penggunaan tabir surya atau sunscreen cukup marak terjadi. Mulai dari influencer hingga dokter menyarankan penggunaan tabir surya di tengah menyengatnya terik matahari.
Tanyalah kepada semua dermatolog yang Anda temui, apa cara terbaik untuk mencegah penuaan dini? Kemungkinan besar jawaban mereka adalah rajin menggunakan tabir surya yang menangkal sinar ultraviolet A (UVA) dan B (UVB).
Baca juga: Apa Itu Sunscreen yang Bisa Melindungi Kulit dari Sinar UV?
Namun, tidakkah Anda penasaran mengenai bagaimana bahan kimia yang ada di dalam tabir surya bekerja melawan pengaruh UVA dan UVB?
Kerry Hanson, seorang ahli kimia penelitian dari University of California, menjelaskannya dalam artikel The Conversation 26 Mei 2017. Menurut dia, untuk mengetahui bagaimana bahan kimia dalam tabir surya bekerja, maka Anda juga harus mengetahui bagaimana UVA dan UVB mempengaruhi kulit Anda.
Hanson menjelaskan, sinar matahari terdiri dari paket energi yang disebut photon. Jika warna yang dapat kita lihat biasanya tidak memiliki efek apa-apa, photon yang tidak berwarna dari matahari disebut ultraviolet dan dapat merusak kulit kita.
Sinar ini dibagi menjadi dua kategori, UVA yang berada di gelombang 320-400 nanometer dan UVB yang berada di gelombang 280-320 nanometer.
Sebenarnya, kulit manusia telah dirancang untuk dapat menyerap UVA dan UVB, tetapi proses ini membuat molekul bereaksi dan menyebabkan berbagai dampak, seperti produksi melanin yang meningkat dan menyebabkan kulit yang lebih gelap, serta matinya jaringan antioksidan alami pada kulit.
Baca juga: Apa Itu SPF dalam Sunscreen?
“Kita tahu bahwa UVA menembus kulit kita lebih dalam daripada UVB dan menyebabkan kerusakan protein struktur yang disebut kolagen. Akibatnya, kulit kehilangan elastisitas dan kemulusan yang dapat menyebabkan keriput.
Sementara itu, UVB biasanya menjadi penyebab utama kulit yang terbakar matahari. Anggap saja A untuk aging (penuaan) dan B untuk burning (terbakar),” katanya.
Namun, yang paling mengerikan dari semua efek sinar ultraviolet adalah kanker kulit. Hal ini terjadi ketika DNA menyerap UVA atau UVB dan mengalami mutasi.
“Hal ini tidak bisa diremehkan, dampak ini bisa terjadi pada semua jenis kulit, dari Tipe I seperti Nicole Kidman hingga Tipe VI seperti Jennifer Hudson. Tidak peduli sebanyak apa melanin yang ada pada kulit, Anda tetap bisa mengalami kanker kulit yang diakibatkan oleh UV,” ujar Hanson.
(Baca juga: Sudah Memakai Tabir Surya, Mengapa Kulit Masih Terbakar?)
Sebelum semua dampak buruk tersebut terjadi, kulit harus dilapisi dengan pelindung yang kini disebut sebagai tabir surya. Molekul di dalam tabir surya bisa membuat batas perlindungan pada kulit dengan menyerap (saringan kimia) atau memantulkan (blocker fisik) photon sebelum mereka diserap oleh DNA.
Untuk mengetahui kemampuan sebuah tabir surya dalam melindungi kulit dari UVB, Anda dapat melihat pada tingkat SPF yang tercantum.
Hanson menjelaskan, SPF menunjukkan waktu relatif yang dibutuhkan seorang individu untuk terbakar oleh radiasi UVB. Sebagai contoh, bila orang tersebut terbakar dalam waktu 10 menit, SPF 30 yang digunakan dengan tepat akan meningkatkannya menjadi 30 kali lipat atau sekitar 300 menit sebelum terbakar.
“Kuncinya di sinilah adalah menggunakannya dengan tepat,” ucap Hanson. Penelitian menunjukkan bahwa manusia dewasa membutuhkan tabir surya seukuran koin untuk melindungi area wajah dan leher, dan sekitar satu gelas seloki untuk melindungi area tubuh yang terpapar matahari. Akan tetapi, mayoritas orang hanya menggunakan seperempat atau setengah dari yang direkomendasikan.