"Kreativitas tidak bisa hanya berbasis kultur. Kreativitas yang sustain adalah yang berbasis teknologi," kata Laksana Tri Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Dan juga pasti mampu menggerakkan ekonomi."
Handoko mengungkapkan, kreativitas berbasis teknologi mampu bertahan lama sebab bisa mengatasi masalah riil yang dihadapi masyarakat.
Menurut Handoko, kreativitas berbasis sains dan rekayasa sebenarnya sudah muncul. Misalnya, di Jakarta, muncul perusahaan yang memanfaatkan big data untuk memetakan banjir Jakarta.
Contoh lain yang banyak dikenal adalah layanan Go-Jek yang mampu memecahkan biaya transportasi yang mahal sekaligus bisa mengatasi kemacetan.
LIPI kini mendorong berdirinya perusahaan start-up yang punya muatan teknologi lebih banyak, bukan sekedar memanfaatkan teknologi informasi untuk kebutuhan konvensional.
"Konsep pengembangannya adalah jual beli lisensi," ungkap Handoko saat ditemui dalam Science and Technology Festival di Bandung, Senin (5/10/2015).
LIPI misalnya telah mengembangkan radar seharga 2-3 juta. Radar ini bisa berfungsi membantu nelayan dalam navigasi di laut mencari ikan. Selain itu LIPI juga mengembangkan telemetri untuk akuisisi dan pengiriman data.
Hasil-hasil rekayasa itulah yang nantinya ditawarkan ke perusahaan start-up teknologi yang berminat memproduksi. LIPI bertanggung jawab melakukan pemantauan pada produksi awal hingga perusahaan mampu menghasilkan produk sesuai target.
Handoko mengatakan, pihaknya juga berniat menjalin kerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif. Harapannya, lembaga baru itu bisa lebih concern pada industri kreatif bidang sains dan rekayasa.
Big Data
Selain mendorong berkembangnya start-up bidang sains dan rekayasa, LIPI kini juga terus meningkatkan kapasitas dalam pengolahan big data.
Senin kemarin, LIPI menandatangi kontrak kerjasama dengan Organisasi Riset Nuklir Eropa (CERN) dengan commitment fee sebesar Rp 100 juta.
Handoko menuturkan, dengan kerjasama itu, Indonesia bisa mendapatkan akses pada data besar yang dimiliki CERN serta mengembangkan kemampuan penelitinya dalam pengolahan data besar.
"Targetnya kita bisa mampu kembangkan infrastruktur dan tools yang mendukung big data," ujar Handoko.